cerita seks_foto bokep

cerita seks_foto bokep
selamat datang selamat menikmati

Selasa, 13 Oktober 2015

CERITA SEKS_foto bokep – Janin Tak Berayah

Aku dibilang anak dari keluarga broken home sepertinya tidak bisa, walaupun ayah dan ibuku bercerai saat aku baru saja diterima di perguruan tinggi. Adanya ketidakcocokan serta pertengkaran-pertengkaran yang sering kali terjadi terpaksa meluluh-lantakkan pernikahan mereka yang saat itu telah berusia 18 tahun dengan aku sebagai putri tunggal mereka.
Keluargaku saat itu hidup berkecukupan. Ayahku yang berkedudukan sebagai seorang pejabat teras sebuah departemen memang memberikan nafkah yang cukup bagiku dan ibuku, walaupun ia bekerja secara jujur dan jauh dari korupsi, tidak seperti pejabat-pejabat lain pada umumnya.
Dari segi materi, memang aku tidak memiliki masalah, begitu pula dari segi fisikku. Kuakui, wajahku terbilang cantik, mata indah, hidung bangir, serta dada yang membusung walau tidak terlalu besar ukurannya. Semua itu ditambah dengan tubuhku yang tinggi semampai, sedikit lebih tinggi dari rata-rata gadis seusiaku, memang membuatku lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan aku menjadi mahasiswi baru primadona di kampus.
Akan tetapi karena pengawasan orang tuaku yang ketat, di samping pendidikan agamaku yang cukup kuat, aku menjadi seperti anak mama. Tidak seperti remaja-remaja pada umumnya, aku tidak pernah pergi keluyuran ke luar rumah tanpa ditemani ayah atau ibu.
Namun setelah perceraian itu terjadi, dan aku ikut ibuku yang menikah lagi dua bulan kemudian dengan duda berputra satu, seorang pengusaha restoran yang cukup sukses, aku mulai berani pergi keluar rumah tanpa didampingi salah satu dari orang tuaku. Itupun masih jarang sekali. Bahkan ke diskotik pun aku hanya pernah satu kali. Itu juga setelah dibujuk rayu oleh seorang laki-laki teman kuliahku. Setelah itu aku kapok. Mungkin karena baru pertama kali ini aku pergi ke diskotik, baru saja duduk sepuluh menit, aku sudah merasakan pusing, tidak tahan dengan suara musik disko yang bising berdentam-dentam, ditambah dengan bau asap rokok yang memenuhi ruangan diskotik tersebut.
"Don, kepala gue pusing. Kita pulang aja yuk."
"Alaa, Mer. Kita kan baru sampai di sini. Masa belum apa-apa udah mau pulang. Rugi kan. Lagian kan masih sore."
"Tapi gue udah tidak tahan lagi."
"Gini deh, Mer. Gue kasih elu obat penghilang pusing."
Temanku itu memberikanku tablet yang berwarna putih. Aku pun langsung menelan obat sakit kepala yang diberikannya.
"Gimana sekarang rasanya? Enak kan?"
Aku mengangguk. Memang rasanya kepalaku sudah mulai tidak sakit lagi. Tapi sekonyong-konyong mataku berkunang-kunang. Semacam aliran aneh menjalari sekujur tubuhku. Antara sadar dan tidak sadar, kulihat temanku itu tersenyum. Kurasakan ia memapahku keluar diskotik. "Ini cewek lagi mabuk", katanya kepada petugas keamanan diskotik yang menanyainya. Lalu ia menjalankan mobilnya ke sebuah motel yang tidak begitu jauh dari tempat itu.
Setiba di motel, temanku memapahku yang terhuyung-huyung masuk ke dalam sebuah kamar. Ia membaringkan tubuhku yang tampak menggeliat-geliat di atas ranjang. Kemudian ia menindih tubuhku yang tergeletak tak berdaya di kasur. Temanku dengan gemas mencium bibirku yang merekah mengundang. Kedua belah buah dadaku yang ranum dan kenyal merapat pada dadanya. Darah kelaki-lakiannya dengan cepat semakin tergugah untuk menggagahiku. "Ouuhh.. Don!" desahku.
Temanku meraih tubuhku yang ramping. Ia segera mendekapku dan mengulum bibirku yang ranum. Lalu diciuminya bagian telinga dan leherku. Aku mulai menggerinjal-gerinjal. Sementara itu tangannya mulai membuka satu persatu kancing blus yang kupakai. Kemudian dengan sekali sentakan kasar, ia menarik lepas tali BH-ku, sehingga tubuh bagian atasku terbuka lebar, siap untuk dijelajahi. Tangannya mulai meraba-raba buah dadaku yang berukuran cukup besar itu. Terasa suatu kenikmatan tersendiri pada syarafku ketika buah dadaku dipermainkan olehnya. "Don.. Ouuhh.. Ouuhh.." rintihku saat tangan temanku sedang asyik menjamah buah dadaku.
Tak lama kemudian tangannya setelah puas berpetualang di buah dadaku sebelah kiri, kini berpindah ke buah dadaku yang satu lagi, sedangkan lidahnya masih menggumuli lidahku dalam ciuman-ciumannya yang penuh desakan nafsu yang semakin menjadi-jadi. Lalu ia menanggalkan celana panjangku. Tampaklah pahaku yang putih dan mulus itu. Matanya terbelalak melihatnya. Temanku itu mulai menyelusupkan tangannya ke balik celana dalamku yang berwarna kuning muda. Dia mulai meremas-remas kedua belah gumpalan pantatku yang memang montok itu.
"Ouh.. Ouuh.. Jangan, Don! Jangan! Ouuhh.." jeritku ketika jari-jemari temanku mulai menyentuh bibir kewanitaanku. Namun jeritanku itu tak diindahkannya, sebaliknya ia menjadi semakin bergairah. Ibu jarinya mengurut-urut klitorisku dari atas ke bawah berulang-ulang. Aku semakin menggerinjal-gerinjal dan berulang kali menjerit.
Kepala temanku turun ke arah dadaku. Ia menciumi belahan buah dadaku yang laksana lembah di antara dua buah gunung yang menjulang tinggi. Aku yang seperti tersihir, semakin menggerinjal-gerinjal dan merintih tatkala ia menciumi ujung buah dadaku yang kemerahan. Tiba-tiba aku seperti terkejut ketika lidahnya mulai menjilati ujung puting susuku yang tidak terlalu tinggi tapi mulai mengeras dan tampak menggiurkan. Seperti mendapat kekuatanku kembali, segera kutampar wajahnya. Temanku itu yang kaget terlempar ke lantai. Aku segera mengenakan pakaianku kembali dan berlari ke luar kamar. Ia hanya terpana memandangiku. Sejak saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau ke tempat-tempat seperti itu lagi.
Sudah dua tahun berlalu aku dan ibuku hidup bersama dengan ayah dan adik tiriku, Rio, yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku. Kehidupan kami berjalan normal seperti layaknya keluarga bahagia. Aku pun yang saat itu sudah di semester enam kuliahku, diterima bekerja sebagai teller di sebuah bank swasta nasional papan atas. Meskipun aku belum selesai kuliah, namun berkat penampilanku yang menarik dan keramah-tamahanku, aku bisa diterima di situ, sehingga aku pun berhak mengenakan pakaian seragam baju atas berwarna putih agak krem, dengan blazer merah yang sewarna dengan rokku yang ujungnya sedikit di atas lutut.
Sampai suatu saat, tiba-tiba ibuku terkena serangan jantung. Setelah diopname selama dua hari, ibuku wafat meninggalkan aku. Rasanya seperti langit runtuh menimpaku saat itu. Sejak itu, aku hanya tinggal bertiga dengan ayah tiriku dan Rio.
Sepeninggal ibuku, sikap Rio dan ayahnya mulai berubah. Mereka berdua beberapa kali mulai bersikap kurang ajar terhadapku, terutama Rio. Bahkan suatu hari saat aku ketiduran di sofa karena kecapaian bekerja di kantor, tanpa kusadari ia memasukkan tangannya ke dalam rok yang kupakai dan meraba paha dan selangkanganku. Ketika aku terjaga dan memarahinya, Rio malah mengancamku. Kemudian ia bahkan melepaskan celana dalamku. Tetapi untung saja, setelah itu ia tidak berbuat lebih jauh. Ia hanya memandangi kewanitaanku yang belum banyak ditumbuhi bulu sambil menelan air liurnya. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkanku yang langsung saja merapikan pakaianku kembali. Selain itu, Rio sering kutangkap basah mengintip tubuhku yang bugil sedang mandi melalui lubang angin kamar mandi. Aku masih berlapang dada menerima segala perlakuan itu. Pada saat itu aku baru saja pulang kerja dari kantor. Ah, rasanya hari ini lelah sekali. Tadi di kantor seharian aku sibuk melayani nasabah-nasabah bank tempatku bekerja yang menarik uang secara besar-besaran. Entah karena apa, hari ini bank tempatku bekerja terkena rush. Ingin rasanya aku langsung mandi. Tetapi kulihat pintu kamar mandi tertutup dan sedang ada orang yang mandi di dalamnya. Kubatalkan niatku untuk mandi. Kupikir sambil menunggu kamar mandi kosong, lebih baik aku berbaring dulu melepaskan penat di kamar. Akhirnya setelah melepas sepatu dan menanggalkan blazer yang kukenakan, aku pun langsung membaringkan tubuhku tengkurap di atas kasur di kamar tidurnya. Ah, terasa nikmatnya tidur di kasur yang demikian empuknya. Tak terasa, karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, aku pun tertidur tanpa sempat berubah posisi.
Aku tak menyadari ada seseorang membuka pintu kamarku dengan perlahan-lahan, hampir tak menimbulkan suara. Orang itu lalu dengan mengendap-endap menghampiriku yang masih terlelap. Kemudian ia naik ke atas tempat tidur. Tiba-tiba ia menindih tubuhku yang masih tengkurap, sementara tangannya meremas-remas belahan pantatku. Aku seketika itu juga bangun dan meronta-ronta sekuat tenaga. Namun orang itu lebih kuat, ia melepaskan rok yang kukenakan. Kemudian dengan secepat kilat, ia menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamku. Dengan ganasnya, ia meremas-remas gumpalan pantatku yang montok. Aku semakin memberontak sewaktu tangan orang itu mulai mempermainkan bibir kewanitaanku dengan ahlinya. Sekali-sekali aku mendelik-delik saat jari telunjuknya dengan sengaja berulang kali menyentil-nyentil klitorisku.
"Aahh! Jangaann! Aaahh..!" aku berteriak-teriak keras ketika orang itu menyodokkan jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dalam kewanitaanku yang masih sempit itu, setelah celana dalamku ditanggalkannya. Akan tetapi ia mengacuhkanku. Tanpa mempedulikan aku yang terus meronta-ronta sambil menjerit-jerit kesakitan, jari-jarinya terus-menerus merambahi lubang kenikmatanku itu, semakin lama semakin tinggi intensitasnya.
Aku bersyukur dalam hati waktu orang itu menghentikan perbuatan gilanya. Akan tetapi tampaknya itu tidak bertahan lama. Dengan hentakan kasar, orang itu membalikkan tubuhku sehingga tertelentang menghadapnya. Aku terperanjat sekali mengetahui siapa orang itu sebenarnya.
"Rio.. Kamu.." Rio hanya menyeringai buas.
"Eh, Mer. Sekarang elu boleh berteriak-teriak sepuasnya, tidak ada lagi orang yang bakalan menolong elu. Apalagi si nenek tua itu sudah mampus!"
Astaga Rio menyebut ibuku, ibu tirinya sendiri, sebagai nenek tua. Keparat.
"Rio! Jangan, Rio! Jangan lakukan ini! Gue kan kakak elu sendiri! Jangan!"
"Kakak? Denger, Mer. Gue tidak pernah nganggap elu kakak gue. Siapa suruh elu jadi kakak gue. Yang gue tau cuma papa gue kawin sama nenek tua, mama elu!"
"Rio!"
"Elu kan cewek, Mer. Papa udah ngebiayain elu hidup dan kuliah. Kan tidak ada salahnya gue sebagai anaknya ngewakilin dia untuk meminta imbalan dari elu. Bales budi dong!"
"Iya, Rio. Tapi bukan begini caranya!"
"Heh, yang gue butuhin cuman tubuh molek elu, tidak mau yang lain. Gue tidak mau tau, elu mau kasih apa tidak!"
"Errgh.."
Aku tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Mulut Rio secepat kilat memagut mulutku. Dengan memaksa ia melumat bibirku yang merekah itu, membuatku hampir tidak bisa bernafas. Aku mencoba meronta-ronta melepaskan diri. Tapi cekalan tangan Rio jauh lebih kuat, membuatku tak berdaya. "Akh!" Rio kesakitan sewaktu kugigit lidahnya dengan cukup keras. Tapi, "Plak!" Ia menampar pipiku dengan keras, membuat mataku berkunang-kunang. Kugeleng-gelengkan kepalaku yang terasa seperti berputar-putar.
Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, Rio mengeluarkan beberapa utas tali sepatu dari dalam saku celananya. Kemudian ia membentangkan kedua tanganku, dan mengikatnya masing-masing di ujung kiri dan kanan tempat tidur. Demikian juga kedua kakiku, tak luput diikatnya, sehingga tubuhku menjadi terpentang tak berdaya diikat di keempat arah. Oleh karena kencangnya ikatannya itu, tubuhku tertarik cukup kencang, membuat dadaku tambah tegak membusung. Melihat pemandangan yang indah ini membuat mata Rio tambah menyalang-nyalang bernafsu.
Tangan Rio mencengkeram kerah blus yang kukenakan. Satu persatu dibukanya kancing penutup blusku. Setelah kancing-kancing blusku terbuka semua, ditariknya blusku itu ke atas. Kemudian dengan sekali sentakan, ditariknya lepas tali pengikat BH-ku, sehingga buah dadaku yang membusung itu terhampar bebas di depannya.
"Wow! Elu punya toket bagus gini kok tidak bilang-bilang, Mer! Auum!" Rio langsung melahap buah dadaku yang ranum itu. Gelitikan-gelitikan lidahnya pada ujung puting susuku membuatku menggerinjal-gerinjal kegelian. Tapi aku tidak mampu berbuat apa-apa. Semakin keras aku meronta-ronta tampaknya ikatan tanganku semakin kencang. Sakit sekali rasanya tanganku ini. Jadi aku hanya membiarkan buah dada dan puting susuku dilumat Rio sebebas yang ia suka. Aku hanya bisa menengadahkan kepalaku menghadap langit-langit, memikirkan nasibku yang sial ini.
"Aaarrghh.. Rio! Jangaann..!" Lamunanku buyar ketika terasa sakit di selangkanganku. Ternyata Rio mulai menghujamkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Tambah lama bertambah cepat, membuat tubuhku tersentak-sentak ke atas. Melihat aku yang sudah tergeletak pasrah, memberikan rangsangan yang lebih hebat lagi pada Rio. Dengan sekuat tenaga ia menambah dorongan kemaluannya masuk-keluar dalam kewanitaanku. Membuatku meronta-ronta tak karuan.
"Urrgh.." Akhirnya Rio sudah tidak dapat menahan lagi gejolak nafsu di dalam tubuhnya. Kemaluannya menyemprotkan cairan-cairan putih kental di dalam kewanitaanku. Sebagian berceceran di atas sprei sewaktu ia mengeluarkan kemaluannya, bercampur dengan darah yang mengalir dari dalam kewanitaanku, menandakan selaput daraku sudah robek olehnya. Karena kelelahan, tubuh Rio langsung tergolek di samping tubuhku yang bermandikan keringat dengan nafas terengah-engah.
"Braak!" Aku dan Rio terkejut mendengar pintu kamar terbuka ditendang cukup keras. Lega hatiku melihat siapa yang melakukannya.
"Papa!"
"Rio! Apa-apa sih kamu ini?! Cepat kamu bebaskan Merry!"
Ah, akhirnya neraka jahanam ini berakhir juga, pikirku. Rio mematuhi perintah ayahnya. Segera dibukanya seluruh ikatan di tangan dan kakiku. Aku bangkit dan segera berlari menghambur ke arah ayah tiriku.
"Sudahlah, Mer. Maafin Rio ya. Itu kan sudah terjadi", kata ayah tiriku menenangkan aku yang terus menangis dalam dekapannya.
"Tapi, Pa. Gimana nasib Meriska? Gimana, Pa? Aaahh.. Papaa!" tangisanku berubah menjadi jeritan seketika itu juga tatkala ayah tiriku mengangkat tubuhku sedikit ke atas kemudian ia menghujamkan kemaluannya yang sudah dikeluarkannya dari dalam celananya ke dalam kewanitaanku.
"Aaahh.. Papaa.. Jangaan!" Aku meronta-ronta keras. Namun dekapan ayah tiriku yang begitu kencang membuat rontaanku itu tidak berarti apa-apa bagi dirinya. Ayah tiriku semakin ganas menyodok-nyodokkan kemaluannya ke dalam kewanitaanku. Ah! Ayah dan anak sama saja, pikirku, begitu teganya mereka menyetubuhi anak dan kakak tiri mereka sendiri.
Aku menjerit panjang kesakitan sewaktu Rio yang sudah bangkit dari tempat tidur memasukkan kemaluannya ke dalam lubang anusku. Aku merasakan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi. Ayah dan kakak tiriku itu sama-sama menghunjam tubuhku yang tak berdaya dari kedua arah, depan dan belakang. Akibat kelelahan bercampur dengan kesakitan yang tak terhingga akhirnya aku tidak merasakan apa-apa lagi, tak sadarkan diri. Aku sudah tidak ingat lagi apakah Rio dan ayahnya masih mengagahiku atau tidak setelah itu.
Beberapa bulan telah berlalu. Aku merasa mual dan berkali-kali muntah di kamar mandi. Akhirnya aku memeriksakan diriku ke dokter. Ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hasil diagnosa dokter ini bagaikan gada raksasa yang menghantam wajahku. Aku mengandung? Kebingungan-kebingungan terus-menerus menyelimuti benakku. Aku tidak tahu secara pasti, siapa ayah dari anak yang sekarang ada di kandunganku ini. Ayah tiriku atau Rio. Hanya mereka berdua yang pernah menyetubuhiku. Aku bingung, apa status anak dalam kandunganku ini. Yang pasti ia adalah anakku. Lalu apakah ia juga sekaligus adikku alias anak ayah tiriku? Ataukah ia juga sekaligus keponakanku sebab ia adalah anak adik tiriku sendiri?
Tolongkah aku, wahai pembaca yang budiman!
TAMAT

CERITA SEKS_foto bokep – Janin Tak Berayah

CERITA SEKS_foto bokep – ibu sekdes di desa terpencil

Pada waktu KKN di suatu daerah terpencil di Jawa Tengah (Di suatu desa kecil yang belum terjangkau angkutan dari arah kota, bahkan untuk mencapai jalan raya yang dilalui mobil angkutan, harus berjalan kaki selama 2 jam), kukira warganya masih terbelakang dan kurang pergaulan. Maklum di salah satu dusun, yang dihuni sekitar 100 keluarga, hanya satu yang mempunyai TV dengan menggunakan aki. Tetapi kenyataannya lain. Inilah pengalamanku hidup ditengah-tengah penduduk tersebut, tentu saja pengalamanku di bidang seks.

Aku kebetulan menginap di rumah Sekdes, yang ternyata seorang ibu muda berumur aku taksir kurang dari 40 tahun. Langsing, kulitnya mulus dan rupawan. Memang lain dibandingkan dengan penduduk kebanyakan di sekitarnya. Dan yang menjadikan aku sangat bernafsu adalah karena statusnya yang janda beranak satu.

Disuatu sore, menjelang malam, ketika baru datang dari kampus untuk konsultasi skripsi, kudapati rumah Mbak Yati (begitulah panggilan Sekretaris Desa yang rumahnya kutempati itu) tampaknya sepi. Badanku basah kuyup, karena kehujanan sepanjang perjalanan kaki dari jalan raya. Aku dorong pintunya dan ternyata tidak terkunci. Aku segera menuju ke kamarku, kulepas semua pakaianku dan kukeringkan dengan handuk. Tiba-tiba ada suatu langkah mendekati kamarku, kuintip dari balik korden, Mbak Yati mendekat ke kamarku. "Ini kesempatan," pikirku.

Aku terus mengeringkan kepalaku dengan handuk sehingga mataku tertutup dan pura-pura tidak tahu kalau Mbak Yati mendatangi kamarku. Tanpa kusengaja kemaluanku jadi bertambah besar. Tergantung kesana-kemari ketika tubuhku tergoncang karena gosokan yang keras di kepalaku.

Benar saja Mbak Yati menyingkapkan korden, namun aku pura-pura tidak melihatnya, walaupun dari pori-pori handuk aku melihat Mbak Yati dengan raut wajahnya agak terkejut, tetapi dia diam saja. Bahkan sepertinya dengan seksama memperhatikan alat vitalku yang makin lama makin besar oleh tatapan Mbak Yati. Aku pura-pura terkejut ketika kulepas handukku dari kepalaku. "Oh, Mbak Yati, kirain siapa," Aku sengaja membiarkan kemaluanku tidak kututupi, ada perasaan bangga mempertontonkan kemaluanku disaat sedang gagah-gagahnya.

"Dik Windu, datang kok nggak bilang-bilang," bicaranya cukup tenang, seakan-akan tidak melihatku aneh.
"Iya Mbak, baru datang terus kehujanan."
"Aduh, nanti masuk angin, aku ambilkan minyak angin ya."
"Nggak usah Mbak, takut panas."
"Lha iya biar anget gitu lho."
"Maksud saya, taku panas kalau kena ini, lho Mbak."
"Ah Dik Windu bisa aja, mikiran apa sih kok ngacung-ngacung kayak gitu," kali ini Mbak Yati mau melihat terpedoku, aku bahagia sekali.
"Ih, gede banget sih Dik."
"Pernah aku ukur 17 cm kok Mbak," Aku berjalan mendekatinya.
"Dik Windu bisa aja, pake diukur-ukur segala," kupegang pundaknya, dan dia diam saja.
"Kok sepi Mbak, kemana anak-anak lain."
"Anu.. khan, lagi bertemu Bapak Bupati," tampaknya ia agak gugup dan seperti mau melangkah ke belakang. Tetapi kutahan dia, bahkan ketika kucium pipinya ia diam saja. Kulanjutkan dengan bibirnya, ia juga diam saja. Bahkan memberikan sambutan yang hangat.

Kini Mbak Yati yang aktif menciumi tubuhku dengan gemasnya, aku diam saja, dan kulucuti pakaiannya. Ketika kubuka BH-nya, aku tertegun, payudaranya masih kencang dan mulus, ukurannya sedang. Perutnya ramping, cembung di bawah, sedikit di atas jembutnya. Mbak Yati terus menyerangku dengan kecupan-kecupan yang membuatku kelabakan dan jatuh ke tempat tidur karena terdorong oleh kuatnya desakan Mbak Yati yang sudah telanjang bulat itu. Aku hanya bisa memegang payudaranya sambil memijat, mengelus dan memelintir putingnya.

Mbak Yati terus mengecup setiap inci dari tubuhku, dadaku, lenganku, perutku dan pahaku. Kejantananku yang sudah sangat keras dipegangnya terus seakan sudah menjadi hak miliknya saja. Dikecupnya ujung kemaluanku, aku mengelinjang kegelian. Namun Mbak Yati tidak meneruskan. Sambil tersenyum manis ia berkata, setengah berbisik, "Nanti saja.." Sambil memeluk dan menciumku dengan hangat dan membalikkan posisinya sehingga aku berada di atasnya. Kini posisiku lebih leluasa, aku bisa pandangi kemolekan tubuh Mbak Yati, setiap senti dari permukaan tubuh itu kuciumi dengan penuh nafsu. Nafas Mbak Yati makin memburu, lama kutempelkan pipiku pada perutnya. Perasaan senang luar biasa menyelimutiku. Sambil tanganku terus meremas-remas payudaranya. Kuturunkan kepalaku ke bawah, kuciumi paha sebelah dalam Mbak Yati, hingga sampailah ke jaringan lunak yang berada di tengah selangkangannya. Kujilati benda itu, hingga Mbak Yati menjerit kecil sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, seakan-akan menginginkan aku menjilatinya. Liang kewanitaan Mbak Yati sudah sangat basah, aku terus menjilati daging kecil yang ada di bagian atas kemaluannya, yang menurutnya bernama "itil" ya mungkin bahasa kerennya ya "klitoris" itu.

Setelah jenuh aku menjilati liang kewanitaannya, aku bersiap-siap mengarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya, Dengan cekatan ia bimbing batang kejantananku hingga di depan gerbang kewanitaannya. Dengan sekali sentak masuklah kepala burungku. Tampak masih lumayan seret, sehingga tidak semuanya langsung bisa menghujam ke dalam liang kewanitaannya. Setelah beberapa kali maju mundur barulah semuanya tenggelam hingga kurasakan ujung kemaluanku menyentuh dinding kewanitaannya yang paling dalam. Mbak Yati melenguh, menjerit dan makin memelukku dengan kuat. "Terus Dik.. terus Dik.. Tahan Dik, aku.. mau.. keluar, Ohh.." Dia memelukku dengan kuat sambil meluruskan kakinya, hingga batang kejantananku terasa terjepit. Dengan nikmatnya. Hingga akupun tidak tahan lagi membendung air maniku bertahan. Aku segera mencabut kejantananku dan kukocok-kocok hingga muncratlah air maniku di atas perutnya.

Beberapa detik kemudian heninglah suasana di kamar itu. Tampaknya hari sudah mulai malam, hujan terus turun dengan derasnya. Namun nafas Mbak Yati yang memburu dan tubuhnya terbaring dengan lunglai. Aku terlentang di sampingnya. Dia segera tertidur dengan kepala di atas perutku, menghadap ke kemaluanku. Akupun tampaknya terlena juga. Pada waktu Mbak Yati membangunkanku, untuk makan malam. Aku memakai piyamaku dan menuju ke ruang makan, Mbak Yati mengenakan daster yang tipis. Ketika kurogoh dari bawah dasternya, ternyata ia tidak memakai celana dalam. Mbak Yati mengelak dengan genit meskipun sempat tersentuh juga.

Dalam percakapan selama makan malam, baru kutahu bahwa dia mempunyai anak perempuan yang sedang sekolah di Sekolah Pekerja Sosial di Semarang. Setiap minggu ia pulang ke rumah. Nani, anak Mbak Yati, memang manis dan supel. Pada suatu hari minggu ia memang datang dan aku sempat ngobrol dengan Nani. Waktu itu ibunya sedang ada tugas mendampingi Pak Kades menerima kunjungan anggota DPRD. Saking akrabnya aku ngobrol dengan Nani, hingga tidak canggung-canggung lagi ia masuk keluar kamarku maupun sebaliknya. Bahkan ketika Nani memintaku untuk membuat salah satu tugas teks pidato, aku tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamarnya. Secara tidak sengaja aku menemukan amplop kecil di atas meja belajarnya. Ketika kubuka ternyata gambarnya adalah gambar porno kategori XX. Nani cuek saja ketika kuamati gambar-gambar tersebut. Tidak terasa bagian bawahku mulai berontak.

Tiba-tiba Nani membungkukkan badan di depanku, sambil ikut melihat gambar-gambar porno tersebut. "Nani, nggak pakai BH lho.." Aku kaget bukan kepalang, mendengar suara manja itu, dan kulihat wajahnya sudah sangat dekat dengan wajahku. Dan yang lebih dahsyat lagi adalah, dengan posisi menduduk itu maka payudaranya yang bebas tidak terbungkus BH itu tergantung indah.

Aku segera meraihnya, sambil kucium bibirnya. Sebagai tindakan naluri dan refleks priaku saja. Nani membalasnya dengan tidak mau kalah lahapnya. Kubuka T-shirtnya, dan kuciumi putingnya yang kecil tetapi panjang, seperti puting ibunya. Dan kulepas semua pakaiannya, terakhir adalah celana dalamnya. Kuraih kemaluannya, jembutnya masih jarang, sehingga belahan liang kewanitaannya yang berwarna merah jambu dapat terlihat dengan jelas. Ia susupkan tangannya ke dalam celana pendekku. Begitu menemukan batang pelerku yang sudah sangat tegang ia lemas dan menarikku ke tempat tidurnya.

Aku melepaskan pakaianku, hingga telanjang bulat. Aku baringkan di tempat tidurku, dengan posisi telentang, memberikan kesempatan bagi Nani untuk menikmati bagian tubuhku yang sangat kubanggakan itu. Benar saja, ia dengan sigap meraih kemaluanku dan mengulumnya, meskipun masih sangat tidak profesional, tetapi kuhargai juga keberaniannya. Barangkali ia hanya ingin mempraktekkan apa yang pernah ia lihat pada foto porno. "Jangan kena kena gigi," seruku ketika giginya menggesek ujung kemaluanku, yang membuatku nyengir. "Eh sorry, Mas.." Lalu ia jilati seluruh permukaan batang kejantananku, hingga kedua pelerku tidak luput dari serangan ini. Aku hanya meringis menikmatinya.

Setelah tidak ada lagi variasi darinya memperlakukan kemaluanku, kubimbing dia untuk terlentang. Ia menurut ketika kubuka pelan-pelan pahanya, kini dengan jelas liang kewanitaan yang manis bentuknya itu. Ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya sudah banyak mengalir ke sprei batiknya. Posisiku sudah siap untuk menyetubuhinya. Batang kemaluanku sudah tepat di depan mulut liang kewanitaannya.

"Nan, masih perawan nggak, aku masukin ya?" pintaku.
Nani tidak menjawab namun dengan kuat ia menarik bokongku, hingga amblaslah batang kejantananku memasuki wilayah terlarangnya. Memang baru separuh, sempit sekali, aku hampir tidak tega ketika Nani meringis sambil memejamkan matanya.
"Kenapa Nan, Mas cabut ya.."
"Jangan," bisik Nani sambil menjepit punggungku dengan kedua kakinya.

Kugerakkan maju mundur pelan-pelan, karena sempitnya liang kewanitaannya. Membuat Nani mengeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan hingga sebuah jeritan panjang. Namun segera kuciumi mulutnya agar jeritan itu tidak terdengar tetangga.

Orgasme Nani lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya kupegangi kuat-kuat agar mulutnya tidak lepas dari ciumanku. Sehingga suara jeritan itu tertelan sendiri. Badannya kejang, pelukannya kencang sekali.

Akhirnya tumpahlah kenikmatan Nani. Aku sangat gembira bisa memuaskannya. Biarpun maniku belum keluar, aku puas sekali. Nani tertidur, aku segera berpakaian, dan dengan berjingkat ke arah kamarku dekat kamar Mbak Yati. Di depan kamar Mbak Yati kudengar suara, saat kusingkap dan aku terkejut ternyatan ada Mbak Yati. Aku ketakutan dan hampir tidak bisa bicara. Dengan suara seadanya aku mendesis, "Oh, Mbak kok sudah pulang." Tidak kusangka Mbak Yati tersenyum manis, mendekatiku dan mencium bibirku. "Jangan buat anakku hamil, ya."
"Jadi, Mbak tahu kalau akau habis begituan sama Nani?"
"He eh, anak sekarang memang lain dengan jaman saya dulu, baru kenal sudah tidur bareng."
Aku hampir tidak percaya ini, kemaluanku masih belum lemas, karena memang belum keluar. Mbak Yati tahu itu. Ia lepaskan celanaku dan segera dihisap-hisapnya kejantananku dengan lihainya hingga keluarlah maniku ke dalam mulutnya. Mbak Yati tersedak, dan segera menuju dapur meminum air kendi. Aku hanya bengong saja. Lama tidak bergerak dari tempatku berdiri. Kemaluanku tergantung dengan santainya.

CERITA SEKS_foto bokep – ibu sekdes di desa terpencil

CERITA SEKS_foto bokep – Mencicipi Tubuh Pacar Temanku Yang Sexy

Sorry sobatku (Anto) ini terjadi di hari Sabtu, 14 Pebruari 2009. Kita nggak tahan lihat body pacarmu Saras. Apa mau dikata, karena sex itu enak maka kita cicipin pacarmu !!. Anyway, pacarmu juga menikmatinya !!
Saya mempunyai seorang teman cowok satu kantor di sebuah perusahaan swasta di kota Temanggung (Jawa Tengah). Dia biasa bertugas untuk menemui klien jika calon klien minta penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan dari perusahaan. Kebetulan hari itu Sabtu, biasanya jarang sekali ada calon klien yang minta ditemui pada hari itu, tapi sekitar pukul 10 pagi ada telepon dari salah satu calon klien dari kota Parakan (lebih kurang jaraknya jika ditempuh dari kota Temanggung sekitar 45 menit) minta penjelasan mengenai penawaran yang kami berikan. Segera temanku (sebenarnya posisi dia dikantor adalah bawahanku, karena aku adalah kepala cabang) berangkat menuju Parakan bersama Andi (anak buahku juga). Tinggal kami bertiga dikantor, saya, Indra dan beni.
Sekitar jam 11.30 tiba-tiba datang seorang cewek, dia adalah Saras, kami tahu dia adalah pacarnya Anto. Kami persilahkan Saras untuk masuk dan menunggu Anto yang sedang ada dinas keluar. Saras juga bilang kalau memang disuruh Anto untuk menunggu dikantor. Saras waktu itu baru pulang dari kantornya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor kami. Kami berempat berbincang-bincang diruang tengah. Saras duduk di kursi meja kantor Anto. Saras mengenakan blazer warna coklat dengan rok span diatas lutut. Cantik.
Dari postur tubuhnya boleh dijamin semua laki-laki yang melihatnya pasti akan tergiur untuk mencicipinya. Saras, 21 tahun, mempunyai tinggi kurang lebih 165 cm, 47 kg dan menggunakan bra ukuran (kira-kira) 34B, dan kulitnya kuning langsat. Dengan wajah layaknya cewek kantoran.
Sekitar jam 12.15 tiba-tiba Anto telepon kantor memberi kabar kalau 2 roda belakang mobil yang dipakai mengalami kebocoran di jalan padahal posisi dia ada di tempat yang jauh dari pemukiman dan belum sampai ke tempat calon klien. Dia mencoba untuk mencari tempat tambal ban di dekat situ. Anto juga sempat bebincang dengan Saras untuk sabar menunggu.
Kami pun meneruskan perbincangan kami berempat. Dengan bercanda kami juga menggoda Saras dengan cerita-cerita mengenai hubungan dia dengan Anto. Diluar terlihat mulai mendung. Dan benar saja tidak beberapa lama kemudia turun hujan. Aku mencoba menghubungi HP Anto, dia masih mencari tempat tambal ban dan kehujanan juga. Kami teruskan pembicaraan.
Cerita Sex – Mencicipi Tubuh Pacar Teman
“Saras, gimana “punya” Anto, gede nggak?”, tanya Indra menanyakan sesuatu yang membuat merah padam muka Saras.
“Ah…mas Indra…tanyanya kok gitu…rahasia dong”, jawab Saras malu-malu.
“Gedean mana kalo sama punya Pak Redi ….”, tanya Indra sambil menyebutkan namaku.
“Ah….mas Indra…”, jawab Saras lagi.
Pembicaraan seperti itu pun terus berlanjut. Kami semakin memojokkan Saras dengan pertanyaan-pertanyaan menjurus sex. Kami juga tahu kalau Saras sudah sering berhubungan badan dengan Anto dari cerita Anto sendiri. Dan hal itupun tidak kami tutupi dalam pertanyaan untuk memojokkan Saras.
“Eh, kalian berdua jangan “nganggurin” Saras gitu donk, kasih Saras “minum” ..!” perintahku kepada Indra dan Beni dengan perintah simbolis. Rupanya Indra dan Beni tahu apa maksudku.
“Oh iya, sori Saras, maaf Boss…..!” jawab Beni sekenanya sambil pura-pura berjalan menuju belakang ,padahal dia berjalan kearah belakang kursi Saras dan hal itu tidak disadari Saras. Diluar hujan semakin deras!
Dengan gerakan kilat Beni merangkul Saras dari belakang….
“Gini..,” kata Beni dengan mendekap erat Saras. “Kamu pikir deh Saras… umurmu baru 21 dan bodymu sexy, ngga kecewa donk kami nyobain kamu” lanjut Beni semakin erat mendekap Saras yang meronta dan terkejut mendapat perlakuan seperti itu.
“Ah … apa-apaan ini” teriak Saras , sehingga tampaklah wajahnya yang ketakutan.
Hal ini semakin membuat kami bertiga jadi horny saja.
Tiba-tiba saja Indra menarik kaki Saras.
“Diam…sebentar Sar..!” perintahku sambil mencoba melepas kancing blazer yang Saras pakai.
Lalu Indra dengan terburu buru ikut mencoba melepas rok yang dipakai Saras dan sambil bicara kepada saya, “Dah boss ditidurin aja dulu di lantai”.
Saras semakin meronta dan coba berteriak tapi dekapan tangan Beni dan Indra membungkam erat mulut Saras. Dan teriakan lenyap ditelan suara derasnya hujan.
“Sudah kamu ngga usah melawan, yang penting sekarang kamu santai aja di lantai dan ikutin permainan kami” timpalku.
“Permainan apa …..?” tanya Saras dengan ketakutan.
Tapi kami senang sekali, apalagi saya melihat Saras seperti ini. Saya jadi tambah horny….
“Ok-ok ..baik..,” kata Saras tiba-tiba, “Kalian semua sudah tahu kalau aku sering berhubungan badan dengan mas Anto….tapi jangan ceritakan kejadian ini… aku mau melayani permainan kalian…”, kata Saras membuat kami bertiga terkejut mendengarnya.
Tiba-tiba saja Saras langsung mendekati saya dan segera menciumi saya di bibir.. Otomatis saya merespon. Lidah kami saling ‘bergerilya’. Kemudian ciuman Saras berganti ke bibir Beni, hm.. enaknya pikirku. Dan berganti lagi ke bibir Indra. Aku jilati leher Saras, terus dia juga menjilati kuping Indra.
Tanpa sadar Saras mendesah, “Ahh, enak, Mas… terus..!”
“Sekarang aku buka baju kamu….! Tapi tangan kamu tetap diam…. boleh pegangan jalantol Beni atau Indra ..!” kataku.
“Aduh dingin dong..! Masa mau ML saya yang ditenjangi dulu..!” jawab Saras.
Dengan cepat aku membuka baju Saras dan langsung aku lempar. Dengan sigapnya Indra dan Beni langsung bergerilya di dada Saras. Dinaikkannya BH Saras sehingga mereka berdua bisa menggigit kedua puting Saras.
“Ahh, enak gigitannya….” Saras mendesah pelan.
Samar-samar saya melihat Saras sambil memperhatikan wajah saya dan dia tersenyum.
Sekarang tangan saya mencoba mencari buah dada Saras untuk saya remas-remas.
Beni dan Indra segera menuju bagian bawah tubuh Saras.
“Pokoknya santai saja Sar…!” kata Beni sambil menaikkan rok yang dikenakan Saras.
“Hmm.., CD model low cut dengan warna hitam nih..!” ujar Indra sambil bergumam melihat CD yang dipakai Saras.
“Kamu tahu saja kesukaan kami..!” kata Indra, “Dan kamu seksi banget dengan CD warna ini, bikin kita horny….!” kataku. Dan sekarang Saras sudah berjongkok untuk dia mulai ber-‘karaoke’.
“Oohh, enak, sedot lagi yang kuat Sar..!” kata saya sambil mendesah.
Kurang lebih 15 menit Saras telah ber-‘karaoke’ terhadap pen|s kami bertiga. Kemudian Saras dengan perlahan melepas sendiri seluruh baju, rok dan pakaian dalamnya.
“Sekarang…sentuh tubuh telanjangku….!” kata Saras memerintah kami bertiga.
Kesempatan ini tidak kami sia-sia kan. Langsung saja saya rebahkan Saras di lantai dan saya jilati vaginanya, dan Beni juga tidak kalah ganasnya menyedot habis kedua putting Saras sedangkan Indra melumat habis bibir Saras. .Samar-samar saya mendengar Saras mulai mendesah.
Kali ini saya gantian ke buah dada Saras, saya menjilati dulu pinggirnya secara bergantian, dari kanan ke kiri. Tetapi saya tidak menyentuh sedikit pun puting Saras.
Dan Saras kemudian bicara, “Ayo isep… puting saya..!”
“Wah ini saatnya ..!” pikir saya dalam hati.
“Kamu minta diisep puting kamu..!” jawab saya sambil tersenyum.
Saya lihat Bani dan Indra tersenyum melihat Saras terkapar pasrah.
Tidak lama setelah saya memainkan buah dada Saras, saya turun lagi ke vaginanya. Tampaklah bulu-bulu vag|na Saras yang begitu halus dan dicukur rapih. Dengan sigap saya langsung menghisap vag|na Saras.
“Ohh.. enakk..! Terus donk Mas..!” sahut Saras sambil mendesah.
Kalimat itu membuat saya tambah semangat, maka saya tambah liar untuk menghisap vaginanya.
Cerita Sex – Mencicipi Tubuh Pacar Teman
“Ahh….aku mau keluar,” lirih Saras.
Dan tiba-tiba saja cairan vag|na Saras keluar diiringin teriakan dari Saras.
“Mas, kamu kok hebat ….mainin memekku..?” kata Saras terputus-putus.
Saya hanya tersenyum saja.
“Masukin punya mas…sekarang..!” pinta Saras.
“Nanti dulu, puting kamu aku isep lagi..!” jawab saya.
Maka dengan cepat langsung puting yang berwarna coklat muda itu saya hisap dengan kencangnya secara bergantian, kiri dan kanan.
“Ahh, enakk mas..! Kencang lagi..!” teriak Saras.
Mendengar suara cewek lagi terangsang begitu membuat saya tambah horny, apalagi penisku sudah dari tadi menunggu giliran ‘masuk’. Maka langsung saja saya memasukkan pen|s saya ke vag|na Saras.
“Sempit banget memek Saras…!” pikir saya dalam hati.
Setelah sedikit bersusah payah, akhirnya masuk juga pen|s saya ke vag|na Saras
“Sar…memek kamu enak dan sempit ….” kata saya dengan napas yang mulai tidak teratur.
Dan kalimat saya dibalas dengan senyum oleh Saras yang sedang merem melek.
Begitu masuk, langsung saya goyangkan. Yang ada hanya suara Saras yang terus mendesah dan teriak.
“Terus mas… tambah cepet ..!”
Dan sekilas di samping saya tampak Beni dan Indra dengan pen|s mereka sudah menegang.
“Sabar …tunggu giliran kalian, sekarang aku beresi dulu memek Saras ini..!” jawab saya sambil sambil menggoyangkan Saras.
Beni dan Indra hanya menganggukan kepala.
Tidak lama kemudian Saras minta ganti posisi, kali ini dia mau di atas.
Kami pun berganti posisi.
“Ahh.., enakk.., pen|s mas terasa banget didalam..!” teriak Saras sambil merem melek.
5 menit kemudian Saras teriak, “Ahh.., aku keluar lagi..!” dan dia langsung jatuh ke pelukan saya.
Tetapi saya belum keluar. Akhirnya saya ganti dengan gaya dogy.
Kali ini kembali Saras menjerit, “Terus… mas..!”
Tidak lama kemudian saya merasa kalau saya sudah mau keluar.
“Sar, mau keluarin dimana..?” tanya saya.
“Di muka saya saja.” jawabnya cepat.
Kemudian, “Croott.., crott..!” sperma saya saya keluarkan di wajah Saras.
Kemudian Saras dengan cepat membersihkan pen|s saya, bahkan saya sampai ngilu dengan hisapannya. Tidak lama saya pun jatuh lemas di sampingnya. Saya melihat Beni dan Indra meremas pen|s masing-masing dan dia pun melihat Saras dengan tatapan ingin mendapat perlakuaan yang sama seperti saya.
Tiba-tiba saja Indra mencium Saras dengan ganasnya. Secara otomatis Saras membalasnya. Kemudian ciuman Indra mulai turun ke leher Saras dan dada Saras. Saras hanya pasrah diperlakukan seperti itu. Dada Saras diremas-remas oleh Indra dan sapuan lidahnya mulai turun ke daerah bawah.
“Hmm.., vag|na kamu bakal aku bikin basah lagi…..!” kata Indra dengan suara menggoda.
Kemudian tanpa diperintah Indra segera mencium dan menjilati vag|na Saras dengan lahapnya seperti orang yang kelaparan.
“Ahh.. ahh.. ahh.., enak mas..!” timpal Saras.
Kemudian Beni tidak mau kalah, segera Beni raih buah dada Saras dan segera menghisapnya. Beni mulai dari putingnya yang kanan, kemudian beralih ke yang kiri, Beni juga remas-remas buah dada Saras.
“Yang kencang mas..!” kata Saras lirih.
Kurang lebih 5 menit Beni memainkan dada Saras, kemudian Beni turun ke vaginanya. Tampaklah vag|na Saras yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang rapih itu sudah tampak basah.
“Memek kamu sudah basah Sar.., sudah ngga tahan yach..?” kata Beni sambil tersenyum.
Saras hanya menangguk saja tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Kemudian Beni mendekatkan mulutnya ke depan vag|na Saras, dan langsung Beni hisap jilati vag|na Saras
“Teruss..! Enak…mas!” itulah suara yang terdengar dari mulut Saras.
Setelah 10 menit Beni memainkan vag|na Saras, Beni melakukan gerakan lebih jauh. Dan dengan segera Beni memasukkan penisnya ke dalam vag|na Saras.
“Pelan-pelan….!” kata Saras.
Beni hanya tersenyum dan segera mencium Saras, dan Saras pun membalasnya dengan penuh semangat.
Bless, seluruh pen|s Beni kini berada di dalam vag|na Saras. Dan tanpa dikomando lagi Beni segera bergerak diikuti goyangan pinggul Saras. Saras memeluk Beni begitu eratnya dan Beni memperhatikan wajah Saras yang sedang merem melek seakan-akan tidak ingin berhenti memperoleh kenikmatan.
5 menit kemudian Saras ingin berganti posisi.
“Gantian dogy …!” pinta Saras
Beni turuti saja kemauan Saras.
“Bless, bless.., bless..!” sedikit terdengar suara pen|s dan vag|na yang sedang berlomba, karena vag|na Saras sudah basah dan menurut Beni, Saras tidak lama lagi akan keluar.
Dan benar saja dugaan Beni, tiba-tiba saja Saras teriak, “Ah.., ahh.., ahh.., aku keluar..!”
Kemudian Saras langsung jatuh lemas dengan posisi telungkup, sementara pen|s Beni masih tertancap dalam vag|na Saras. Beni segera menggerakkan penisnya supaya dapat juga segera keluar. Tidak lama Beni terasa ingin keluar.
“Keluarin di mana Sar..?” tanya Beni.
“Di dalam …..!” jawab Saras dengan suara yang terbata-bata.
Lalu, “Crott, crott..!” pen|s Beni segera mengeluarkan semburan spermanya.
“Ahh..!” Beni bersuara dengan keras, “Enak….!” lanjut Beni.
Kemudian Beni langsung rebah di sebelah kanan Saras, sementara Indra tersenyum memperhatikan mereka berdua karena belum mencicipi Saras.
“Wah capek kamu Saras..?” tanya Indra.
Saras yang sudah lemas hanya dapat tersenyum.
Setelah istirahat beberapa menit, Saras melanjutkan meladeni permainan Indra.
Tanpa terasa hampir 3 jam kami menikmati tubuh Saras. Setelah selesai kira-kira setengah jam sebelum jam 4 sore Anto datang.
Kami hanya tersenyum melihat Anto mencium pipi Saras dengan sayang.

CERITA SEKS_foto bokep – Mencicipi Tubuh Pacar Temanku Yang Sexy

CERITA SEKS_foto bokep – Di Balik Rok Ketat Risca

Risca adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya kuning langsat. Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya juga lumayan cantik.
Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah seorang pejabat yang kini bersama ibunya tengah bertugas di ibukota, sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau kuliah. Maka tinggallah Risca seorang diri di rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah universitas negeri ternama di kota itu.
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa kini, Risca sangat gemar memakai pakaian yang serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang tingginya beberapa senti di atas lutut sudah cukup menyingkapkan kedua pahanya yang putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang sekal menggairahkan.
Penampilannya yang aduhai ini tentu mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Parno, si tukang becak yang mangkal di depan gang rumah Risca. Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
Sosok pribadi Risca memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno yang sering mengantarkan Risca dari jalan besar menuju ke kediaman Risca yang masuk ke dalam gang.
Suatu sore, Risca pulang dari sekolah. Seperti biasa Parno mengantarnya dari jalan raya menuju ke rumah. Sore itu suasana agak mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya untuk melampiaskan hasrat birahinya kepada Risca. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Risca nanti akan dikerjai. Parno sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur yang dilewati sehari-hari karena jalannya memutar melewati areal pekuburan.
“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Risca.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”, bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Risca pun terpaksa mengikuti kemauan Parno yang mulai mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu di sebuah bangunan tua di tengah areal pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan becaknya masuk ke dalam gedung tua itu. “Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Risca.
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun sudah turun dengan derasnya.
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu yang dibangun pada jaman belanda dan sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan seperti ini membuat Risca menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini, daripada basah-basahan sama air hujan mending kita basah-basahan keringat..”, ujar Parno sambil menyeringai turun dari tempat kemudi becaknya dan menghampiri Risca yang masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riscapun kaget mendengar ucapan Parno tadi.
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Risca sambil terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba menurunkan celana komprangnya, mengeluarkan penisnya yang telah mengeras dan membesar.
Risca terkejut setengah mati dan tubuhnya seketika lemas ketika melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat selama ini.
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Risca dengan wajah yang memucat.
Sejenak Parno menatap tubuh Risca yang menggairahkan, dengan posisinya yang duduk itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam SMU-nya kedua paha Risca yang putih bersih itu. Kaos kaki putih setinggi betis menambah keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju putih seragamnya yang berukuran ketat.
“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Risca mulai menangis dalam posisi duduknya sambil merapatkan badan ke sandaran becak, seolah ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin mendekati tubuhnya.
Tubuh Risca mulai menggigil namun bukan karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Parno yang mulai menjamah paha Risca, tapi percuma saja karena kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang kedua paha Risca.
“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”, Risca meronta-ronta dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Risca itu sambil merapatkan badannya ke tubuh Risca.
Risca pun menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di dalam ruangan yang mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar Parno mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Risca. Tubuh Risca menggeliat ketika tangan-tangan Parno mulai menggerayangi bagian pangkal paha Risca, dan wajah Risca menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya. ak batang penisnya basah oleh cairan sperma yang bercampur dengan air liur Risca. Demikian pula halnya dengan mulut Risca yang nampak basah oleh cairan yang sama. Risca meski masih dalam posisi terpaku berlutut, namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah diperlakukan Parno seperti itu.
“Sudah Pak.. Sudahh..” Risca menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk ‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Risca.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri Parno membuat tenaganya menjadi kuat berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menerkam mangsa lagi.
Parno kemudian memegang tubuh Risca yang masih menangis terisak-isak. Risca sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Risca bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Risca di lantai gudang yang kotor itu, Risca yang mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti arahan Parno.
Setelah Risca terbaring, Parno menyingkapkan rok abu-abu seragam SMU Risca hingga setinggi pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan, Parno memerosotkan celana dalam putih yang masih menutupi selangkangan Risca. Kedua mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan Risca. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
Parno langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir vagina Risca. Risca menjerit ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan paksa ke dalam liang vagina Risca.
“Aakkhh..”, Risca menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya.
Kedua tangan Risca ditekannya di atas kepala, sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di vagina Risca dengan kasar dan bersemangat.
“Aaiihh..”, Risca melengking keras di saat dinding keperawanannya berhasil ditembus oleh batang penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela kemaluan Risca.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya itu, Parno langsung menggenjot tubuh Risca dengan kasar. “Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Risca mengerang-ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan Parno yang keras dan kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus menggenjot Risca dengan bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Risca yang mengalir deras bercampur darah keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi Risca yang semakin kepayahan itu, sepertinya Parno sangat menikmati setiap hentakan demi hentakan dalam menyetubuhi Risca, sampai akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno kembali mengejang keras, urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar itu dan Parno pun berejakulasi.
“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rongga kemaluan Risca yang tengah menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-gerakan Parno.
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang selama ini menghiasi pandangannya dan menggoda dirinya.
Setelah rehat beberapa menit tepatnya menjelang Isya, akhirnya Parno dengan becaknya kembali mengantarkan Risca yang kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya. Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di selangkangannya, Risca tak mampu lagi berjalan normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi membuat Parno dengan leluasa menuntun tubuh lemah Risca hingga sampai ke teras rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi teras. Setelah berbisik ke telinga Risca bahwa dia berjanji akan datang kembali untuk menikmati tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian meninggalkan Risca dengan mengayuh becaknya menghilang di kegelapan malam, meninggalkan Risca yang masih terduduk lemas di kursi teras rumahnya.

CERITA SEKS_foto bokep – Di Balik Rok Ketat Risca

CERITA SEKS_foto bokep – Di Pesta Pernikahan

Di Pesta Pernikahan – Aku mempunyai pengalaman seks dan ingin kubagikan kepada para pembaca. Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu, dimana aku sudah mempunyai seorang suami yang sampai sekarang masih tetap hidup rukun. Pengalaman seksku ini bukan pengalaman yang terjadi di antara aku dan suamiku, melainkan karena keadaan dimana aku terangsang oleh kehadiran seorang pria yang membuatku terpaksa untuk melakukannya. Dimulai dengan kejadian undangan pesta pernikahan kawanku.

“Kringg.. kringg..” dering telpon rumahku berbunyi.
“Hallo..” sapaku, rupanya teman SMA-ku sebut saja Lina yang menelepon.
“Kamu pasti datang kan Len?” tanya Lina.
“Tentu saja aku datang, undangannya sudah kuterima kemarin sore kok.” jawabku.
Setelah berbincang sejenak maka telpon kututup. Maklumlah aku adalah seorang wanita karier, jadi karena jadwalku yang padat sering kali aku banyak tidak menghadiri acara-acara pernikahan teman-temanku yang lain. Namun kali ini yang menikah adalah Lina sahabat baikku, jadi mau tidak mau aku harus menyempatkan diri untuk menghadirinya.

Pagi ini setelah bertemu dengan client, handphone-ku berbunyi lagi. Rupanya Lina lagi yang menelpon memastikan aku untuk datang besok ke pernikahannya, sekalian juga mengundang untuk acara widodaren malam ini. Namun aku lupa telah berjanji untuk menemani suamiku bertemu dengan client-nya untuk acara dinner malam ini. Jadi aku meminta maaf kepada Lina dan aku berjanji kalau besok pada hari H-nya aku akan datang ke pernikahannya.

Malamnya, aku menemani suamiku untuk dinner dengan client-nya di salah satu hotel berbintang lima di kotaku. Kami memesan tempat terlebih dahulu dan memberitahukan kepada pelayan jika nanti ada yang mencari suamiku harap diantarkan ke tempat kami. Memang hampir semua pelayan disana telah banyak mengenal kami. Karena memang tidak jarang suamiku mengajak client-nya untuk Dinner di sana, tentunya untuk berurusan bisnis.

Kira kira 15 menit kemudian, datang seorang Lelaki yang umurnya rasanya tidak berbeda jauh dengan suamiku, dia didampingi dengan seorang wanita yang sangat anggun, meskipun parasnya tidak begitu cantik. Suamiku pun bangkit berdiri dan memperkenalkan diriku kepada mereka berdua. Rupanya lelaki itu bernama Surya dan istrinya Helen. Mereka pun duduk berdampingan bersebrangan dengan suamiku. Tidak lama kemudian, suamiku dan Surya terlibat pembicaraan yang seru soal bisnis mereka. Sementara aku pun asik sendiri dengan Helen berbincang dan bergosip. Namun kurasakan sesekali Surya sering mencuri pandang padaku. Maklum saja malam itu aku mengenakan baju berbelahan dada yang renda berwarna hitam yang tentunya sangat kontras dengan kulitku yang putih dan rambutku yang berwarna coklat kemerahan.

Dalam hati kecilku sebenarnya aku juga diam-diam mengagumi Surya. Badannya tinggi dan kekar serta penampilannya mempesona seolah memiliki kharisma tersendiri, ditambah lagi wajahnya yang tegas namun menunjukkan kesabaran serta sorot matanya yang tajam. Berbeda sekali dengan suamiku. Diam-diam ternyata aku juga sering memperhatikan Surya. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 21:00, Surya dan Helen pun pamit kepada kami karena mereka sudah berjanji akan pergi bersama saudara Helen yang kebetulan berulang tahun. Setelah membereskan pembayaran, aku dan suamiku pun pulang ke rumah.

Besoknya, seperti yang sudah di janjikan, aku pergi bersama suamiku ke pernikahan Lina. Benar-benar suatu pesta yang sangat meriah. Tamu yang diundang begitu banyak dan semua ornamen di dalam gedung serta keseluruhannya benar benar tertata dengan indahnya. Setelah hidangan utama keluar, aku permisi kepada suamiku hendak ke toilet. Ternyata Toilet di lantai atas dimana pesta berlangsung sangat penuh. Aku pun berinisiatif untuk turun ke lantai bawah sekalian hendak ke counter kue dengan maksud hendak membelikan kue untuk anakku.

Ketika menunggu lift, aku tersentak ada seorang lelaki menyapaku. Ternyata Surya, teman suamiku yang bertemu semalam. Dia mengatakan dia mau turun juga sebab dia merasa mobilnya belum di kunci begitu katanya. Kami pun bersama memasuki lift. Aku jadi serba salah karena lift itu kosong dan tinggal kami berdua saja. Apalagi ketika Surya mendekatiku dan mengatakan kalau penampilanku sangat cantik malam ini.

Malam itu aku mengenakan terusan berwarna merah menyala dengan bagian punggung terbuka, dan bagian depan hanya di ikatkan ke leherku. Jantungku berdegup makin kencang. Tidak munafik aku pun semalaman terbayang terus akan Surya. Suasana jadi hening di dalam lift. Surya mendekatiku dia mengatakan bahwa sejak kemarin dia pun selalu teringat akan diriku, bahkan ketika malamnya dia bercinta dengan istrinya pun dia membayangkan sedang bercinta denganku. Aku pun tersentak sekaligus senang aku hanya tersenyum saja.

Tiba-tiba tangan Surya menarik tanganku. Dia mendekati wajahku dan mencium pipiku dengan lembut. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Lalu tiba-tiba Surya berjalan ke tombol lift dan dia memencet tombol lift hingga lift-nya pun berhenti. Aku menjadi serba salah, dalam hati aku sangat takut, tetapi aku juga diam-diam sangat menginginkan semuanya terjadi. Lalu Surya mendekatiku lagi, dia mencium bibirku dengan lembut. Nafasku semakin tidak teratur, aku pun tidak kuasa menolaknya. Kami pun melakukan french kiss dengan hebatnya. Tangan Surya perlahan meraih belakang leherku dan menarik tali pengikat bajuku, rupanya dia berusaha membuka pakaian pestaku yang dirasakannya menghalangi pemandangan indah yang sudah dinanti-nantikannya. Aku pun tersentak, tetapi dia membungkam mulutku lagi dengan ciuman-ciumannya, aku hanya bisa mengikuti permainan ini sambil mendesah menghayati kenikmatannya.

Perlahan ciuman Surya turun ke leherku Sambil tangannya sudah megusap dan meremas-remas buah dadaku.
“Uhh..” desahku karena begitu nikmat usapannya, begitu lembut namun kuat.
Kemudian tanpa kusadari Surya telah menghisap buah dadaku yang sebelah kiri sambil tangan kanannya meremas-remas pelan ke buah dadaku yang sebelah kanan. Dihisapnya dan dijilatinya putingku yang sudah mengeras. Dipermainkannya putingku dengan lidahnya yang nakal.
“Uuuhh..” aku tidak tahan rasanya.
Kuremas-remas rambut Surya, “Uuuhh.. Suurr..” aku tidak tahan, “Uuuhh..”
Lalu Surya menarik tanganku ke arah ikat pinggangnya. Langsung kutarik ikat pinggangnya dan kulepaskan pengail dan resletingnya. Surya pun melorotkan celananya, lalu dia menyibakkan rokku hingga pahaku yang putih dan mulus terlihat dengan jelas. Sekilas kulihat batang kemaluan Surya telah berdiri dengan tegaknya.

Surya menatapku dalam-dalam, kemudian menciumku dari bibirku kemudian turun ke buah dadaku.
Dan tiba-tiba, “Bless.. aacchh..”
Lubang kemaluanku terasa hangat, “Uuuhh.. Surr.. nakal kamu..”
Surya hanya tersenyum saja. Dia lalu menggoyangkan batang kemaluannya keluar masuk keluar masuk, makin lama semakin cepat.
“Uuuhh Surr.. nikmatt sekalii.. uuhh..” aku merintih merasakan nikmat yang tidak terkira.
Goyangan yang dilakukan Surya makin lama semakin cepat.. makin cepat.. tubuhku tidak kuasa menerima hujaman batang kemaluannya yang begitu dahsyat. Kurasakan sangat penuh di dalam lubangku.

“Aacchh.. Surr.. aku tak tahan lagi.. uuhh..” desahku kepadanya karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
“Tahan sayang.. kita keluar sama-sama..” katanya mencoba mengatur tempo permainan kami.
Surya pun menggoyangkan pinggulnya semakin cepat. Surya melakukan gerakan keluar masuk berulang-ulang sambil sesekali pinggulnya diputar-putar untuk menambahkan kenikmatan bersenggama.
“Aacchh.. nikmat sekali..” desahku kepadanya yang kali ini diikuti dengan tercapainya orgasmeku.

Goyangan pinggulnya yang mendesakku hingga terhimpit dipojokan lift semakin menggebu-gebu dengan gerakan keluar masuk yang semakin lama semakin cepat. Iramanya pun semakin tidak beraturan karena kami melakukan dengan posisi berdiri dan aku bersandar pada pojokan dinding lift.
“Aaacchh..” tubuhku menegang, kepalaku tetarik ke belakang dan, “Croott.. croott.. croott..” kurasakan air mani Surya menyemprot ke dalam rahimku.
Tubuhnya menegang sambil merapat ke tubuhku, nafasnya terengah-engah menikmati permainan yang baru saja kami lalui dengan wktu dan tempo yang cepat.
“Uuuhh..” desahku terkahir kali menghayati permainan seks kami.
Surya menciumi bibirku kembali, kami melakukan french kiss sejenak, kemudian dengan cepat membereskan pakaian kami kembali yang berantakan karena terburu-buru melepaskannya tadi. Setelah saling membetulkan pakaian, Surya pun menekan tombol lift kembali dan kami meluncur langsung naik ke atas, kali ini kembali ke tempat pesta berlangsung. Rupanya Surya memang tidak bermaksud turun, dia segera berlari ke lift ketika dia melihatku berjalan keluar ruangan. Setelah saling menukar nomer telpon, kami pun berpisah. Sambil masuk ke ruangan, Surya mengerlingkan mata nakalnya kepadaku, aku hanya membalasnya dengan senyuman saja. Ketika aku kembali ke tempat duduk, suamiku bertanya kenapa aku lama. Aku bilang saja bertemu dengan teman lama dan sempat mengobrol dengannya sejenak.

Dan tidak lama kemudian, acara pun diakhiri dengan foto bersama pengantin. Setelah memberi selamat kepada Lina, aku dan suamiku pun pulang ke rumah. Malamnya, aku banyak tersenyum-senyum sendiri karena masih mengingat kejadian yang begitu indah dan menggairahkan bersama dengan Surya di lift tadi.

TAMAT

CERITA SEKS_foto bokep – Di Pesta Pernikahan

CERITA SEKS_foto bokep – Anak Guru SMA Ku Yang Sexy

Saat ini aku masih merasakan sensasi yang terjadi 4 hari lalu di lantai dua rumahku. Umurku sudah 27 tahun, tetapi aku baru saja merasakan hal yang luar biasa dalam untuk pertama kalinya dalam hidup ini.

Diawali dengan pertemuan di sebuah toko kelontong di perumahan tempat tinggalku, aku jadi akrab dengan Vita. Dia anak dari guru SMA ku yang sudah meninggal. Umurnya masih 18 tahun. Vita mempunyai body yang sangat wah, dengan wajah mirip salah satu artis indonesia, tinggi badan 165 cm, ukuran dada 36, kulit putih bersih, dan rambut panjang melebihi bahu.

Setelah pertemuan di toko kelontong, kami jadi sering berhubungan lewat telpon. Dan jarak rumah kami yang dekat, terpaut dua gang dengan rumahku membuat kami janjian untuk bertemu dirumahku.

"Fir, nanti sore aku main ke rumah kamu ya?" katanya di telepon.
"Boleh deh, kebetulan bapak dan ibu ada acara arisan keluarga." Aku menyetujui permintaannya.
Oh ya, aku tinggal dengan kedua orang tua dan nenekku. Kalau bapak dan ibu pergi, aku harus di rumah menemani nenek.

"Teng.. teng!" aku mendengar suara gembok pagar dipukulkan ke pagar.
"Sebentar!" sahutku.
Ternyata Vita yang datang, wah senang banget ternyata dia tidak main-main.
"Sebentar Vit, wah sexy banget non, mau ke mana?" sambil buka kunci pagar aku nyerocos menyapa dia.
"Ya mau ke sini Fir. Eh, pakaianku terlalu terbuka ya?" Dia malah nanya.
Body yang sexy dibalut tank-top warna biru menonjolkan warna kulitnya yang putih dan tonjolan dadanya yang besar.
"He, kamu ngelihat apa kok gak pake bernafas..?" Dia merasa kalau mataku tidak terlepas dari arah dadanya.
"Ehm, eh.. gak pa pa. Silahkan masuk Vit." Aku jadi salah tingkah.
"Siapa Fir?" Nenekku yang ada di ruang keluarga mengeluarkan suaranya dengan nada bertanya.
"Vita Nek, anaknya Bu P yang tinggal di Jl. P itu lho." aku jawab saja sambil menggandeng Vita ke ruang tamu.
"Duduk Vit, mau minum apa?" tanyaku sambil berjalan ke dapur.
"Apa aja Fir, eh air putih aja deh. Oh ya jangan yang dingin ya, yang biasa saja." jawab dia.
"Kalau gitu kamu ambil sendiri aja. Aku mau mandi dulu, lengket nih tadi habis motong rumput di halaman belakang." sambil ngomong aku melirik kembali ke ruang tamu. Dan sempat terlihat sekilas warna putih pahanya saat Vita meluruskan kaki mau berdiri. Ada getaran asyik dan aneh setelah menyaksikan pemandangan indah itu.

Segarnya guyuran air saat mandi menjadikan aku teringat dengan paha Vita, dan sedikit demi sedikit kemaluanku mengeras serta menimbulkan perasaan yang enak.
"Vita mau nggak ya aku ajak ML?" tanyaku pada diri sendiri.
Sambil masih berbalut handuk dari pinggang ke bawah, aku keluar menemui Vita.
"Fir, pakai dulu celanamu, gak sopan tuh." Nenekku nyeletuk, waduh jadi malu dan merasa salah tingkah. Tapi aku cuek saja.
"Iya Nek." aku jawab sekenanya sambil tetap jalan ke ruang tamu.

Di sana Vita sudah menunggu sambil tangannya memegang segelas air putih yang diambilnya dari dispenser. Posisi duduknya menyebabkan sebagian pahanya yang putih terlihat sampai dekat bongkahan pantatnya. Aku menelan ludah, mungkin dia melihat gelagatku ini. Wah pasti deh wajahku kelihatan merah padam.
"Fir, ke atas yuk. Aku pingin tahu apa rumahku terlihat dari sini." pintanya.
"OK, tapi aku pake celana dulu ya." jawabku.
"Gak usah Fir, biar aja." wah dia ternyata dia gak punya pikiran aneh-aneh.
"Nek, aku ke atas..!" teriakku minta ijin ke Nenek.
"Iya. Fir, telponnya kamu bawa saja kalau-kalau nanti bapakmu telepon." sahut Nenek.
"Biar aja di bawah Nek, nanti kalau ada telpon Fir yang turun." sahutku lagi.
"Ayo Fir, cepetan. Ntar keburu malam, aku harus belajar Matematika." Vita merajuk sambil tangannya menarik lenganku yang masih membetulkan ikatan handuk. Akibatnya, handukku sedikit terbuka di bagian depan sehingga batang kemaluanku jadi terlihat oleh Vita.
"Hi, apa itu Fir. Kok hitam gitu, berambut lagi." celetuknya dengan ekspresi terkejut.
"Ini kemaluanku namanya Mr. P" jawabku sekenanya sambil membetulkan handuk.
Lalu kami melanjutkan perjalanan menaiki tangga ke lantai dua.

Ruang di lantai dua sengaja aku atur tanpa menggunakan kursi, hanya meja rendah dan bundar model Jepang yang ada di tengah karpet tebal berwarna biru. Ada 4 bantal besar dengan cover bermotif oriental dengan warna biru muda yang dipakai sebagai alas duduk. Ada TV 21" dan VCD player di pojok ruang.

"Fir, itu apaan? Kok aneh, tadi kan nggak ada?" tanyanya sambil pandangannya mengarah ke bawah perutku. Rupanya dia menyadari kalau dari tadi aku melihat ke arah dadanya, sehingga aku yang keasyikan menikmati pemandangan indah jadi terkejut.
"Ehm.. ini tho? Ini Mr. P yang lagi tegang, kamu pingin lihat?" jawabku sambil bertanya.
"Nggak deh, malu. Lagian buat apa?" dia malah balik bertanya.
"Kesempatan nih." pikirku.
"Ya biar kamu tahu bagaimana bentuk kelamin pria pada saat tegang." celetukku.
"Gimana ya?" dia berpikir sejenak. Lalu..
"OK deh. Tapi nggak ada efeknya negatifnya kan?" dia mulai terpancing.
"Oh ya Vit, biar asyik. Gimana kalau kita nanti gantian ngasih liat punya masing-masing. Dijamin deh, nggak bakalan ada yang dirugikan." aku mulai melancarkan seranganku.


Matanya sedikit terbelalak ketika melihat Mr. P ku yang berukuran jumbo dengan diameter 4, 5 cm dan panjang 18 cm.
"Waah, gedhe banget ya. Fir, apa setiap pria berukuran segitu?" tanyanya.
Matanya masih menelusuri tubuhku mulai dada sampai pangkal pahaku. Nafasnya mulai sedikit cepat.
"Asyik nih, dia udah mulai terangsang" dalam hati aku bersorak gembira.
"Vit, gantian dong. Sekarang kamu yang buka baju, apa perlu aku bantu bukain baju kamu?" aku menghentikan tatapannya yang mulai bergairah.
"Ehm, boleh. Tapi jangan diapa-apain ya, cuman lihat aja ya." Dia berkata sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Aku tatap terus matanya lalu mulai membuka t-shirt nya ke arah atas. Pada saat t-shirtnya melintas di wajahnya dan kedua tangannya terangkat ke atas (bayangin deh, tubuhnya terbuka banget..), aku berhenti sejenak, sambil mencuri cium dadanya.
"Fir.! jangan ah, geli." Dia agak berteriak kaget, tapi tidak ada bagian tubuhnya yang mencoba menghentikan aksiku. Aku merasa ada lampu hijau buat meneruskan aksiku ini.

Lalu terlepaslah t-shirt nya dan terlihatlah tubuh bagian atasnya yang terbuka dan hanya berbalut bra dengan model bikini warna putih. Payudaranya terlihat menonjol dan menantangku untuk meremasnya, tapi aku tahan keinginan itu.
"Wah, putih banget ya kulitmu. Jadi pingin tahu yang di dalam situ." celetukku sambil menunjuk ke arah payudaranya.
"Ya udah, lihat aja." sambil berkata gitu Vita melepas penutup dadanya.
Sekarang terpampang dengan jelas dua payudara putih dengan puting agak merah muda. Dekat sekali dengan aku, membuat aku jadi pingin meremas dan mengulumnya.

"Sabar Fir, nanti juga dapat." dalam hati aku berkata.
"Fir.. ayo lanjutin buka bajunya Vita." pintanya dengan pandangan berbinar nakal.
Aku melanjutkan aksiku dengan memegang kedua pahanya dan menggerakkan kedua tanganku ke atas berbarengan. Sehingga roknya tersingkap ke atas sampai perut. Lalu aku raih CD-nya dan menariknya ke bawah dengan tiba-tiba.
"Ahh, Fir..!" Vita menjerit kecil karena tubuhnya terhuyung-huyung kebelakang. Lalu tangannya meraih pinggangku dan berpegangan agar tidak jatuh. Dan dengan tidak sengaja ujung Mr. P ku menyentuh bagian atas perutnya. Terasa sedikit geli. Vita terdiam dengan posisi masih memegang pinggangku lalu dia melepaskannya dengan tiba-tiba sambil mundur dan tangannya memegang bagian bawah perutnya yang masih terbungkus rok.

"Hi hi, kok Vita nggak ngerasa kamu melepas CD. Pantas aja rasanya agak dingin." Dia tertawa kecil sambil berkata begitu.
"Hmm.. uhmm" mulut kami masih berpagutan dengan lidah saling menjilat.

Ketika tangannya bergerak ke belakang tubuhnya, lalu terlepaslah pembungkus tubuhnya yang masih tersisa. Sekarang Vita benar-benar telanjang. Dan nafasku terasa berhenti ketika melihat kemaluannya yang punya bulu-bulu halus berbentuk segitiga. Aku menelan ludah dengan agak susah.
"Kenapa Fir, heran ya lihat punyaku." tiba-tiba Vita berkata mengagetkan aku yang masih terpesona dengan pemandangan di depanku.
"Eh, iya.. Vit, boleh aku pegang Miss V kamu?" aku memohon.
"Jangan Fir." Katanya sambil mendekatkan pinggangnya ke pinggangku.
Aneh juga, tidak mau tapi malah mendekat. Aku rasakan gesekan lembut antara Mr. P ku dengan rambut Miss V nya.
"Hmm.. ahh.. sshh" Vita mendesah lirih sambil memejamkan matanya.
"Wah kesempatan nih" pikirku.
Lalu aku rengkuh punggungnya dan kupagut lagi bibirnya. Dia membalas dengan penuh nafsu.

Sering Kerja di Depan Komputer Berpotensi Alami Gangguan Kesehatan

"Ahh, jangan Fir. Aku takut hamil." rengeknya ketika aku mulai menyentuh Miss V nya.
"Santai aja Vit, gak bakalan hamil deh.
"Ya udah, Fir.. jangan kasar ya." gumamnya lirih.
Aku kecup lagi bibirnya sambil tangan kananku mengelus lembut bibir Miss V, sementara tangan kiri meremas lembut payudaranya bergantian kiri dan kanan.
"Hmm.. shh, terus Fir, enak banget. shh" Vita mulai meracau keenakan.
Tangannya yang sedari tadi terus memegangi pundakku mulai beraktifitas menjelajahi leher dan dadaku. Sementara itu aku kecup lembut puting sambil tangan kiriku masih mengelus daerah selangkangannya.
"Shhtt.. Fir.. ahhss.. terus Fir" Vita semakin keras meracau dan agaknya dia sudah hampir mencapai puncak kenikmatan.
"Ahh.." Sambil badannya melenting kebelakang dengan kepala mendongak Vita akhirnya mencapai kenikmatannya yang pertama.
"Hmmff..Fir, rasanya enak banget. Kok, kamu gak merasa apa-apa?" Tanyanya sambil memeluk leherku dan menatap mataku.

Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat jelas kulit wajahnya yang berkeringat, dan dadanya yang masih membusung masih menempel di dadaku.
"Vit, kamu santai aja dulu, sambil berkata aku mulai lagi mengecup lehernya dengan lembut, lalu meniupkan nafasku ke dadanya. Hal ini membuat Vita mengerang lagi.
"Sst.. Fir.. eh kamu nakal ya. Lalu mulutku mulai merayap turun ke dadanya dan menjilati putingnya bergantian kiri kanan selama lebih kurang lima menit.
"Sst.. ahh.. hmm" Vita mulai meracau lagi. Gairahnya mulai muncul.

Tangannya kini telah memegang Mr. P ku yang sedari tadi terus mendongakkan kepalanya. Lalu aku rebahkan Vita di atas meja. Aku beringsut mundur dan meraih kedua pahanya, lalu dengan tiba-tiba membenamkan kepalaku diantara kedua ujung pahanya.
"Ahh.. Fir geli.. ahh.. sstt.. ohh. Enak Fir" Vita kaget lalu mendesah nikmat.
Birahiku semakin menjadi mendengarnya. Mulutku menelusuri setiap inci tubuhnya yang berkulit putih dan lembut. Merayap naik dari Miss V nya sampai leher. Lalu kukecup bibirnya dengan lembut. Tangan kanan Vita mengelus-elus Mr. P ku dengan lembut.
"Terserah kamu fir." pelan Vita berkata.

Setelah aku bisikkan, "Aku menginginkanmu Vit."
Lalu dengan lembut, aku tarik kedua kakinya sehingga menjuntai dari tepi meja, dan kakinya aku renggangkan sedikit tetapi masih menjejak karpet, sehingga Miss V nya yang sudah basah semakin menantangku. Kusentuhkan ujung kepala Mr. P ke Miss V nya, lalu aku gerakkan ke atas dan ke bawah dengan perlahan. Nikmat sekali.
"Hmm Fir, cepetan dimasukin, tapi pelan-pelan ya." Vita mulai memohon karena sudah tidak tahan dengan rangsangan yang aku berikan.

Aku letakkan ujung Mr. P ku tepat di atas lubang Miss V nya, lalu dengan perlahan aku dorong. Agak susah juga, sering meleset, padahal cairan yang dikeluarkannya lumayan banyak. Aku hentikan usahaku, kudekatkan kepalaku ke Miss V nya lalu aku sedot cairan yang ada. Sekarang Miss V nya sudah agak kering.
"Sshh.. Fir.. geli.. ayo dong masukin.. cepet.. hmm" Vita mengerang kegelian.
Kucoba lagi memasukkan ujung Mr. P, sekarang berhasil. Lebih kurang 3 centimeter ujung Mr. P yang terbenam. Aku dorong dengan pelan, lalu kutarik lagi dengan pelan. Ku ulang sampai 4 kali. Hal ini membuat kepala Vita menggeleng ke kiri dan ke kanan sambil mendesah nikmat.

Lalu dengan tiba-tiba "Bles.." Mr. P ku berhasil menerobos keperawanannya.
"Ahh..Fir, sakit" Vita merintih.
"Cup.. cup.. ss" aku coba menenangkan Vita, lalu kukecup bibirnya dengan lembut.

Mr.P masih terbenam di Miss V, sengaja tidak aku gerakkan pinggulku. Aku ingin merasakan sensasinya. Perlahan Miss V nya mulai berdenyut, dan Vita sudah tersenyum nakal. Lalu kami berpagutan dengan ganasnya. Pinggulku kudorong naik turun dengan pelan, sambil kedua tangan meremas payudaranya. Vita juga aktif mengelus punggungku dengan cepat. Sesekali didorongnya pinggulnya ke atas. Sehingga ujung Mr. P ku terasa menyentuh dinding rahimnya.

Aktifitas ini berlangsung lebih kurang 20 menit, sampai ketika Vita menjerit tertahan sambil menggigit pundakku.
"Ahh.., Fir.. aku nyampai".
Pada saat yang sama kurasakan Mr. P ku seperti diremas-remas dan basah. Remasan yang seperti pijitan lembut menimbulkan rasa nikmat di batang Mr. P. Aku semakin mempercepat gerakan naik turun, lalu..
"Ahhrhh.." aku melenguh panjang menyemprotkan cairan hangat.
Kami berciuman mesra dengan Mr. P ku masih di dalam Miss V nya.
"Gila Fir, kok masih tegang" Vita kaget karena tahu kalau Mr. P ku masih tetap tegang.
Kami berdua tertawa lepas ketika terdengar suara nenekku memanggil.
"Fir, sudah hampir malam. Apa nak Vita nggak dicari ibunya?".
"Iya Nek, sebentar. Kami masih nonton film." sahutku sambil tersenyum ke arah Vita.
Vita membalas senyumku.
"Oh indahnya." dalam hati aku bersorak.
Setelah merapikan baju dan rambutnya, aku mengantar Vita pulang ke rumahnya. Semenjak itu kami jadian.

CERITA SEKS_foto bokep – Anak Guru SMA Ku Yang Sexy

Minggu, 11 Oktober 2015

CERITA SEKS_FOTO BOKEP – PENJAGA COUNTER LOUNDRE


aku sering me laundry pakeanku pada laundry yang deket rumahku. Disana ada beberapa sales counter girl yang melayani aku. Yang paling menarik adalah Ita, orangnya item manis, imut banget deh, kalo berdiri paling setinggi daguku. Karena bodinya kecil makan perabotan yang bertengger dibadannya ya proporsional dengan ukuran bodinya. toketnya gak besar tapi gak bisa dibilang tocil juga si. proporsional lah, pantatnya yang agak gede, geol-geol kalo berjalan dan aku liatin dari belakang. Tiap ari dia pake seragam baju putih, celana panjang item dan rompi item.


aku sering bercanda dengan dia, aku suka iseng-iseng nanyain pacarnya, di abilang pacarnya ada dilain kota sehingga gak setiap malming bisa ngapelin dia.

“Kasian ya, masa malming gak ada yang nemenin, trus nepokin nyamuk aja di kos ya”.
“Iya nih, sepi pak”.
“Mo saya yang nemenin gak kalo cowok kamu gak dateng”.
“Bapak mo nemenin ITa> Serius ni”.
“Napa enggak, aku juga sendirian kok, apa salahnya aku nemenin prempuan yang paling cantik di laundry ini”. Ita tersipu kalo aku memujinya cantik.
“Ah, Ita mah biasa saja kok pak. bapak berlebihan ni mujinya”. “Gombal ya”. “Enggak gombal kok pak, berlebihan ja”.

Tapi dari sorot matanya dia senang kalo dipuji cantik.

“Ya udah, kamu bubar jam brapa, sampe sore?” Gak kok pak, aplusannya jam 3 nanti”.
“Aku jemput kamu ya”.
“Mangnya bapak mo ajak Ita kemana si”.
“Ya jalan ja, menikmati malming”.
“Jam 3 mah belum malming atuh pak, masi sore, malu ma matahari”.
“Ya kita ngadem di mal aja, makan dulu, blanjain kamu”.
“Bapak mo blanjain Ita”.
“Kalo kamu mau, napa enggak. apa sih yang enggek buat prempuan secantik kamu”.
“Iya deh pak, nanti bapak Ita tunggu di halte deket sini ya pak. Gak enak kalo dijemput di counter, keliatan ma temen yang gantiin Ita”.
“Ok say, sampe nanti ya”. Aku minta no hpnya supaya bisa kontak dia kalo perlu.

Jam 3 sore, aku dah nunggu di halte, lama juga Ita baru muncul.

“Katanya jam 3, kok gini ari baru muncul”.
“Iya pak, tadi serah terima ada pakean yang nyelip, jadi kudu dicari dulu”. Ita dah ganti pakean, dia cuma pake t shirt dan jins yang tidak terlalu ketat.

Toketnya menonjol juga di balik t shirtnya.

“Na gitu dong, kan makin cantik kalo gak pake seragam?”
“Tapi kan masi pake baju pak”.
“O Kalo gak pake baju pasti lebi cantik lagi”.
“Ih bapak, porno ah”. Ita duduk disampingku dan mobil meluncur kearah mal yang gak jauh dari laundry nya Ita.

Aku parkir di basement.

“Kamu dah makan siang?” tanyaku.
“Tadi gak sempet pak, tamunya banyak si”.
“Pantes aja kamu kecil, makan gak teratur si”.
“Teratur kok pak, se ari makan, se ari enggak”.
“hah?” Ita tertawa, “gak kok pak, becanda”.
“Sekarang kita makan dulu ya, kamu doyan makan apa”.
“apa aja Ita doyan kok pak”.
“Sosis doyan juga”, kataku memancing.
“Sosis apaan pak”.
“Yang gede panjang itu”.
“Ih bapak ni, masi sore dah porno gitu”.
“Kalo dah malem bole ya porno”. Ita hanya tersenyum.

aku mengajaknya ke resto steak.

“Wah Ita jarang makan steak pak”.
“Ya udah nikmati aja ya”. Sambil makan kita ngobrol ngalor ngidul. Makin diliat2, Ita makin cantik kliatannya.

aku mulai menyinggung apa yang dilakukan ma pacarnya kalo pacarnya apel.

“Ya ngobrol di kos Ita pak”.
“Cuma ngobrol aja, masak gak ada yang laennya”. Ita terdiam,
“ada si pak”.
“Jadi gak cuma ngobrol kan, ciuman ya”. Dia menganggul.
“Trus cowok kamu ramah”. Maksud bapak?”
“Rajin menjamah, atas bawah”.
“Bapak kaya gak perna muda aja”.
“Eh aku ni masi mudah, baru kepala 4?.
“Ya tua lah kalo dibanding Ita yang baru mo kepala 2?.
“Jadi ramah ya”. Kembali dia menggangguk.
“Cuma ramah aja?” Dia kembali terdiam,
“mangnya gak ngelakuin yang laen?”
“Ngelakuin si pak, abis sama2 gak nahan”.
“Sering?”
“Kalo dia dateng aja, datengnya juga jarang, ya jaranglah Ita ngelakuinnya”.

Sehabis makan, Ita aku ajak belanja,

“kamu butuh apa? mumpung di mal blanja sekalian”.
“Belum gajian pak”.
“Udah aku yang bayarin”. Kita menuju ke supermarket yang ada.

Ita tidak berlebihan blanjanya, dia beli yang memang dia perlukan untuk sehari2. Sudah itu blanjaan kita taruh di bagasi mobil dulu.

“Aku mo beliin kamu pakean, mau ya”.
“Pak, kok baek banget si, pasti ada maunya dari Ita ya”, katanya sambil tersenyum.
“Mangnya gak boleh kalo aku mau kamu”.
“Bole aja kok pak”. Wah signal ijo neh.

Aku mengajak Ita ke dept store yangada juga di mal itu. Ita membeli keperluan makeup sederhana, ketika aku suru dia milih pakean, dia bingung.
“Pakean kamu yang sedikit apa?”
“Dress pak”.
“Ya udah kita beli dress, kan perlu kalo ada acara resmi kan”. Lama juga Ita memilih dress yang cocok buat dirinya.

Kalo dah dipas di ruang ganti, dia selalu menanyakan pendapatku. Aku membelikan dia beberapa potong pakean, dress, jins dan t shirt.

“Gak beli daleman?” Ita tersipu malu,
“ya beli aja sekalian, malu ya”.
“Iya ni masa beli daleman ma bapak”.
“Ya gak apa kan”. Ita memilih daleman, aku liat dia memilih bra ukuran 34a.

gak kecil2 amat toketnya ya. Dia membeli beberapa potong daleman. Selesai belanja, hari dah cukup malem.

“Dah laper lagi?”
“Masi kenyang pak, tadi steaknya gede banget”.
“Kan enak yang gede”. Ih bapak”.
“Kan dah malem, jadi bole dong porno. Punya cowok kamu gede gak”. Dia diam saja.
“Ya udah kita minum aja ya, aus nih”. aku mengajaknya menuju ke gerai minuman, pesan minuman untuk kami, juga kue2 kecil buat temen minum. Ngobrol masih terus,
“Makasi banyak lo pak, baek banget deh bapak ke Ita. Bapak mo apa si dari Ita?”
“Kamu mau gak nemenin aku malem ini”, kataku to the point. ”
Dimana pak”.
“Dihotel bole, dirumahku juga bole”.
“Di rumah bapak aja ya, gak enak diliat orang kalo Ita masuk hotel ma bapak”. Asik, seruku dalam hati.

tapi aku santai ja menikmati minuman itu.

“Kamu gak ditunggu sapa2 kan di kos?”
“Gak pak, nanti Ita sms tetangga Ita ja kalo Ita gak pulang malem ini”. Ita mengeluarkan hp nya dan mengirimkan sms ke temen tetangganya itu.
“Dah agak larut,
“Pak, Ita ngantuk nih, kekenyangan”.
“Ya udah, ketempatku aja ya”. Aku membayar minuman dan membawakan belanjaannya menuju ke mobil.

Dia diem aja selama perjalanan ke rumah, mungkin dia mikir baik enggaknya dia ikut aku malem ini. Pasti dia tau apa yang aku inginkan dari dia.

“Napa, kamu nyesel ya ikut ma aku”.
“Enggak kok pak, bapak kan dah abek banget ma Ita, Ita juga harus ngasi yang bapak mau dari Ita kan”.
“Mangnya aku mau apaan dari kamu”.
“Katanya bapak pengen ditemenin malem ini?”
“Iya cuma ditemenin aja kok”.
“Gak percaya Ita, pasti bapak nanti ramah dan ngelakuin yang laen juga kan?”
“Kamu gak mau kita ngelakuin?”
“Gak apa kok pak, Ita dah lama banget gak ngelakuin, pengen ni pak”.

Sampe dirumah, aku mengajak Ita masuk, langsung ke lantai 2 rumahku. Ruang tamunya menghadap ke jalan, sehingga pemandangannya luas kalo diliat dari jendela. Karena dah larut, dah sepi, cuma lampu jalan yang temaram. Ruang tamunya gak banyak isinya, cuma sofa besar dan meja, tv, dvd dan sound systemnya, lemari es, dan ada kamar mandi kecil. Aku mengajaknya duduk disofa. Lampu ruang kubuat temaram, romantis juga suasananya.

“bapak romantis ya orangnya. Bapak tinggal sendiri ya”.
“La iya lah, kalo gak sendiri mana bisa ngajak kamu kemari”. Ita duduk merapat ke aku. aku merangkul pundaknya dan menarik Ita makin merapat kebadanku.

Aku mendekatkan wajahku dengan sangat perlahan-lahan kewajahnya. Kemudian akumencium bibirnya dengan lembut. Ita tidak menolak malah menyambut ciumanku, aku segera mengelus toketnya pelan. Ita mengerang ketika bibirnya kucium dengan penuh gairah.tanganku merogoh masuk kebalik t shirtnya, kemudian menyusup kedalam branya. toketnya langsung kuremes pelan, jari2ku kemudian memlintir pentilnya yang imut. Ita menjadi terangsang karena ulahku.

“Ah, bapak nakal ih”, katanya manja.
“Tapi kamu suka kan diremes2 begini. Aku udah kepengin nih”, kataku sambil membuka retsluiting celananya.

Aku tidak menunggu lampu hijau dari dia tapi langsung action saja. Dia membiarkan tindakanku.

Celananya malah kuplorotkan sampe kepaha sehingga kelihatanlah CDnya yang tipis dan minim. Dengan penuh napsu langsung tanganku menerobos ke sela2 pahanya dan menggosok no noknya yang masih dilapisi CD.

“It udah basah banget no nok kamu, kamu udah napsu ya. Jembut kamu lebat banget It, nggak heran napsu kamu besar”.

Dia membiarkan aku meraba seluruh tubuhnya. Dia buka retsluiting celanaku juga, menurunkan celanaku, kemudian dia merogoh masuk CDku,

“Gede amat kon tol bapak”.
“Emangnya kamu belum pernah ngerasain kon tol segede punyaku”.
“Gak segede kon tol bapak sih”.
“Wah kalo gitu no nok kamu masih sempit dong, cuma kelewatan kon tol yang kecil, malem ini asik dong kita ya. Kamu mau kan aku en tot”. kon tolku tergolong besar juga, keker, melengkung keatas dan urat-uratnya nonjol-nonjol.
“Bapak sering ya bawak cewek kesini”.
“Yah kalo mereka mau ya aku ajak kesini”.
“Wah!… pasti cewek bapak ngejerit kalo bapak en tot”.
“Iya, ngejerit keenakan. sebentar lagi kamu juga jerit2, cewek yang jembutnya lebat kaya kamu kan binal banget kalo lagi dien tot”. “Kalo lagi nikmat Ita memang suka jerit2?.

T shirt dan celananya kulepaskan dan aku langsung saja meremas2 kembali toketnya. Nggak lama kemudian branya sudah kulepas. Dia dibaringkan disofa. Aku mencium keningnya, kemudian matanya. Dia terpejam menikmati ciuman dan remasan ditoketnya. Ciumanku turun ke hidung, pipi dan akhirnya mendarat di bibirnya. Nafasnya mulai agak memburu, kami berdua terbenam dalam ciuman yang hangat. Aku menciumi leher, pundak, lalu turun ke toketnya yang sudah mengeras. Aku memainkan lidah dipentilnya yang imut yang juga sudah mengeras, yang kiri dan kemudian yang kanan.

“Aah enak”, katanya terengah karena napsunya yang sudah berkobar2.

Aku terus menciumi pentilnya, kemudian turun ke perutnya dan menciumi pusernya, dia kegelian ketika pusernya kucium. Sambil mencium pusernya, tanganku nyelip ke balik CD mini nya dan meraba no noknya. otomatis pahanya mengangkang supaya aku mudah mengakses no noknya.

“It, ni jembut, lebat amat,” kataku sambil mengelus2 jembutnya.
“bapak suka kan ma prempuan yang jembutnya lebat?”
“Suka banget, kaya kamu gini”.

Kemudian jariku terbenam dino noknya dan terus mengilik2 it ilnya.

“It, no nokmu udah basah banget, kamu udah napsu sekali ya”, kataku. Dia tidak menjawab hanya mengerang keenakan karena kilikan jariku ke it ilnya makin cepat.

Aku kemudian menciumi jembutnya dan kemudian lidahku menggantikan fungsi jariku mengilik it ilnya. Dia semakin tidak dapat menahan napsunya dan erangannya semakin keras. Aku langsung meremas kedua toketnya dan memlintir2 pentilnya.

“Ita udah pengen dien tot nih, masukin dong kon tol bapak”, katanya minta. Aku terus saja menjilati it ilnya sehingga kembali dia mendesah keenakan. “Aah enak banget, padahal baru dijilat.

Apalagi kalo disodok pake kon tol gede bapak, lebih enak lagi, ayoo dong pak, Ita udah gak tahan nih”, dia terus merengek2 minta segera dien tot.

Aku merebahkan diri disebelahnya. Sofa cukup lebar untuk 2 orang berbaring. Aku segera memposisikan diriku kedekat kepalanya

“It, aku pengen ngerasain dulu diemut sama kamu”, kataku sambil mendekatkan kon tolku ke mulutnya. Segera digapainya kon tolku yang sudah ngaceng.

Kemudian dijilatilah kepalanya dengan memutar terutama bagian tepi kepalanya. Kira2 sdh 5 menit lubang dikepala kon tolku dibuka2 dgn ujung lidah dengan gerakan yang cepat. 10 menit kemudian dimasukkannya ujung kepalanya kemulutnya lalu digesek2 dengan lidah sambil dikenyot2. Akhirnya dimasukkannya kon tolku dalam2 kemulutnya lalu dikeluar masukkan di mulutnya sambil dikocok pelan2 . Aku mendorong kon tolku keluar masuk pelan ke mulutnya sambil mendesis. Dia emut kon tolku terus.

“It diemut mulut kamu aja nikmatnya kaya begini, apalagi kalo diemut no nok kamu ya”, kataku sambil mempercepat enjotan kon tolku keluar masuk mulutnya.
“It, aku ngecret dimulut kamu ya”, kataku.

“Jangan pak, dino nok Ita aja, Ita udah pengen ngerasain kon tol bapak keluar masuk no nok Ita”, jawabnya.

Aku melepaskan semua pakaianku dan kemudian menarik CDnya sampe lepas, kami sudah bertelanjang bulat. Aku memposisikan tubuhku diantara kedua pahanya dan mengarahkan kon tol gedeku ke no noknya. Dia merasakan kepala kon tolku mulai masuk perlahan, kutekannya lagi sedikit sehingga kon tolku mulai menyeruak sedikit2 ke dalam no noknya. Nikmat banget rasanya kon tolku kegesek no noknya yang keset banget. Perlahan tapi pasti kon tolku nancep makin dalam ke no noknya. Kurasakan no noknya udah mulai basah karena gesekan kon tolku yang hampir masuk semua itu. Akhirnya aku mendesakkan kon tolku dengan cepat dan tiba-tiba sehingga nancap semuanya di no noknya.

“Ssshhhhh…..”, erangnya sambil terpejam.

Aku mulai mengenjot kon tolku keluar masuk no noknya dengan cepat dan keras. Dia merasakan nikmat yang luar biasa. Dia mulai memundur-majukan pantatnya, sebentar goyangannya kekiri, lalu kekanan, memutar, mengiringi enjotan kon tolku di no noknya. Dia meremas rambutku, sesekali badannya kupeluk erat2. Tubuhku dan dia berkeringat, namun aku tidak perduli karena sedang merasakan nikmat. Aku terus mengenjotkan kon tolku dengan cepat dan keras. Dia merasa sudah mau nyampe,

“cepetean ngenjotnya pak, lebih keras lagi, enak banget kon tol bapak”, Kakinya kuangkat ke atas melingkari pinggangku sehingga rasanya kon tolku nancep makin dalem di no noknya.

Akhirnya “aahhhh”, kurasakan no noknya menegang dan mengejut-ngejut menjepit kon tolku.

“It, no nokmu nikmat bangetnya bisa ngempot, baru kali ini aku ngerasain empotan no nok senikmat empotan kamu”, kataku sambil terus mengenjotkan kon tolku sampe
“Aaahhhhh…. gila…. ini nikmat sekali…”, aku menancapkan kon tolku sedalam2nya ke no noknya dan ngecretlah pejuku.

Terasa pejuku muncrat beberapa kali dalam no noknya, pejuku muncrat banyak sekali. Dia terkulai lemes, kupeluk dia.

“It, enak banget ngen tot sama kamu, rasanya beda sama cewek lainnya yang pernah kuen toti”, kataku.
“Ita juga nikmat, abis kon tol bapak gede banget. Ita pengen lagi deh”. Kami berpelukan sampai kon tolku melemas dan lepas sendiri dari no noknya.

Dia menuju ke kamar mandi, mengguyur badan di shower, sambil membersihkan leleran pejuku dipahanya. Sekembalinya kekamar, aku masih berbaring terpejam, masih menikmati layanannya barusan.

Aku menghidupkan tv dan dvd, tampak dilayar tv perempuan dengan wajah asia sedang nungging dien tot sama bule. kon tol si bule yang besar dan panjang keluar masuk no nok sicewek, dan ceweknya ber ah uh, seperti lazimnya film biru. Dia duduk di tempat tidur, napsu juga dia nonton filmnya, sementara aku sedang membersihkan dirinya dikamar mandi. Kemudian aku duduk disebelahnya, ikut nonton. Dia merapat ke badanku, toketnya sebelah kiri udah nempel di badanku. kon tolku dirabanya, sudah ngaceng lagi dengan kerasnya. Aku membalas meremes toketnya sambil mencium bibirku.

Dia berbaring disofa, aku mulai menciumi toketnya dan menghisap pentilnya. Tanganku satunya menjalar kebawah dan mengkilik2 no nok dan it ilnya. Dia merintih2 karena napsunya sudah naik lagi. Segera aku berbaring disebelahnya. kon tolku yang sudah keras sekali diremes2 dan dikocok2. Aku memutar badanku ke posisi 69 dan mulai menjilati no nok dan it ilnya diantara pahanya yang sudah mengangkang lebar2. jembutnya kuelus2nya sambil terus mengemut it ilnya. Dia sudah tidak dapat menahan napsunya yang sudah berkobar2. kon tolku segera diemut2. Akhirnya dia mengambil inisiatif menaiki badanku, menduduki kon tolku sehingga kon tolku kembali menyusup ke dalam no noknya, yang masuk belum semua tapi baru 1/3 bagian, lalu pantatnya digerakkan memutar.

Aku memegang pinggangnya untuk membantu dia memutarkan pantatnya. Kemudian dia mulai ganti goyang naik turun, hingga toketnya bergoyang agak keras dan segera kutahannya dengan kedua tanganku. Kuusap2 seraya kuremas pelan2 dan sebentar2 agak keras. Hal ini menambah rangsangan baginya. Ditekannya pantatnya kebawah dengan keras sehingga akhirnya kon tolku sudah nancep semuanya ke no noknya. Dia mulai mengenjot kon tolku dengan menaik-turunkan pantatnya. kon tolku keluar masuk no noknya seirama dengan enjotan pantatnya. Dia udah nggak tahan lagi, sehingga enjotannya makin cepet dan keras. toketnya kuremas2, dan pentilnya terkadang kuemut2. “Ita udah mau nyampe pak, enak banget kon tol bapak deh”, erangnya dan akhirnya dia ambruk diatas badanku. Terasa no noknya kedutan meremes2 kon tolku.

Aku segera berguling sehingga dia telentang dibawahku. AKu meneruskan permainan dengan mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Nikmat sekali, dia baru nyampe sudah kuenjot dengan keras. Aku terus saja mengenjot no noknya dengan cepat dan keras,

“It, tadi empotan no nok kamu kerasa banget deh, lebih kerasa katimbang yang pertama. Nikmat banget deh It ngen tot sama kamu”. Nggak lama lagi akhirnya aku pun hampir nyampe,
“It, keluarin sama2 ya, aku hampir ngecret nih”. Dia tidak menjawab, kakinya melingkari pinggangku dan diteken keras2 sehingga kon tolku nancep dalem sekali di no noknya, sampai akhirnya dia bergetar karena nyampe lagi
“Nikmat banget pak, teken yang keras dong”. Aku mengenjotkan kon tolku sedalam2nya di no noknya dan melenguh
“It, aku ngecret”. Terasa pejuku muncrat beberapa kali didalam no noknya.

Oh nikmat banget rasanya, lemes banget badanku, aku memeluk dia erat2, dan dia akhirnya berbaring disebelahku, kon tolku berlumuran peju dan cairan no noknya. “Lemes banget deh Ita, ngen tot sama bapak menguras tenaga ya”, katanya. “Ya udah, tidur aja dulu, nanti bangun tidur kita ngen tot lagi”, jawabku sambil memeluknya. Aku mengajaknya masuk kamarku dan berbaring di ranjang. Karena lelah, dia tertidur dipelukanku.

Ketika dia terbangun aku sedang memandangi wajahnya yang masih ngantuk itu.

“It, kamu cantik sekali kalo sedang tidur, sayangnya kamu bukan istriku ya”.
“Enggak jadi istri tapi kan udah melayani napsunya bapak”, jawabnya tersenyum.

Aku bangun dan masuk kamar mandi yang ada didalem kamarku, keluar dari kamar mandi, aku membawa gayung, sabun dan handuk. Aku duduk disebelahnya dan mulai menyeka wajahnya, terus kebawah, ke toketnya, perut, no nok, paha sampai ke telapak kakiku. no nok dan pahanya kuelus2nya dengan handuk basah dan mulai membersihkan no noknya yang belepotan pejuku dan lendirnya sendiri. Dia jadi merinding, apalagi ruangan dingin karena AC. Dia hanya terpejam saja, menahan gelinya usapan handuk. Selesainya aku berkata,

“Gantian dong”. Dia segera membuang air yang ada digayung dan mengisinya dengan air yang baru.

Dia mulai mengelap wajah, leher, dada dan perutku dengan handuk basah. kon tolku dikocok2 dan kepalanya diemut2.

“Enggak dilap malah diemut”, kataku.

Dia tidak menjawab karena kepalanya sedang mengangguk2 sehingga kon tolku keluar masuk di mulutnya. Cukup lama dia mengemut kon tolku, sampe pelan2 kon tolku mulai mengeras lagi. Segera kon tolku dikocok2 dengan cepat sehingga ngaceng sempurna.

“Sudah siap tempur lagi nih kon tol bapak”.

Aku tidak menjawab, tapi segera memeluk dan mencium bibirnya. Aku segera meremas2 toketnya dan kemudian kembali mengilik2 it ilnya. Aku tau bahwa napsunya akan cepat berkobar kalo it ilnya dikilik2, benar – nggak lama kemudian dia sudah napsu kembali dan pengen segera dien tot.

“Ita udah pengen ngerasain lagi kon tol bapak keluar masuk no nok Ita, masukin dong”, dia merengek2.

Aku segera menaikinya dan menancapkan kon tolku ke no noknya. Nikmat banget rasanya ketika kon tolku yang besar itu segera menyesaki no noknya, peret dan keset sekali. karena sudah nancep semuanya kedalam no noknya, aku mulai mengenjot kon tolku keluar masuk no noknya dengan cepat dan keras. Dia mulai mengerang2 keenakan. Pantatnya bergerak kekiri dan kekanan mengimbangi enjotan kon tolku. toketnya kuremas2 dengan kedua tangan, aku bertumpu dengan sikut, hal ini menambah rangsangan buatnya.

“Akhhh…Oukkkhhh” serunya kenikmatan. Aku memeluknya erat dan mempercepat enjotan kon tolku, makin lama makin cepat dan keras.

Dia tidak dapat menahan seranganku lagi, sehingga akhirnya dia melolong

“Ita nyampe lagi, nikmat banget ngen tot sama bapak deh”. no noknya terasa berdenyut2 meremas kon tolku sehingga akupun meringis keenakan
“Aah It, empotan no nok kamu kerasa banget. kon tolku kaya sedang diemut dan diremes. Empotanmu hebat banget It”.

Aku mencabut kon tolku dari no noknya, dia kutunggingkan dan aku menancapkan kon tolku ke no noknya dengan keras, sekali enjot kon tolku sudah masuk semua. Kemudian aku mulai lagi mengenjot no noknya dari belakang. Dia nelungkup ke bantal menahan rasa nikmat yang luar biasa ketika dienjot kon tolku. Aku memegang pantatnya sambil mengenjotkan kon tolku dengan cepat dan keras. Dia nggak tahan untuk nyampe lagi, mungkin saking nikmatnya enjotanku yang begitu merangsang dia, sehingga dia cepat sekali nyampe.

“Ita mau nyampe lagi, aakh”, serunya dan dia ambruk ke tempat tidur.
“It, kamu cepet banget nyampenya, aku belum kerasa mau ngecret”, kataku.
“Abis kon tol bapak enak banget, bapak pinter banget ngenjotnya. Terusin aja sampe bapak ngecret lagi dino nok Ita”, jawabnya.

Aku menelentangkannya dan segera menaiki tubuhnya. kon tolku kembali ambles dino noknya dan aku mulai mengenjotkan keluar masuk dengan cepat. Kalo ditekan, kon tolku ambles semua di no noknya, ooh nikmat banget rasanya. Aku dengan perkasa terus mengenjotkan kon tolku keluar masuk. Setelah ngecret 2 kali dino noknya, aku bisa bertahan lebih lama. Kadang kon tol kucabut dari no noknya, dan sebentar kemudian kutancepkan kembali dengan keras sehingga dengan sekali sodok langsung nancep semuanya ke no noknya.

“Nikmat banget enjotan bapak yang barusan, terus pak, yang keras”, dia merintih2.

Aku meneruskan cara enjotanku. Dia kembali berteriak2 keenakan. Dia menggoyangkan pinggulnya kekiri dan kekanan, ketika kon tol kucabut, pantatnya refleks mengangkat keatas untuk mencegah kon tolku lepas dari no noknya. Aku mengubah gaya enjotanku,sehabis menjotkan kon tolku hingga masuk semua, aku menarik kon tolku separuh beberapa kali kemudian kugentakkan kembali sehingga nancep kebagian paling dalam dari no noknya.

“Aaakh, makin lama dien tot bapak makin nikmat rasanya, Ita lemes banget deh”, katanya kepayahan.

Aku terus mempermainkan no noknya dengan cara itu. Kemudian aku memeluknya erat2, menciumi wajah dan bibirnya. kon tol tidak kuenjotkan karena sudah nancep dalam sekali, tetapi kugerak2kan. Lebih nikmat lagi rasanya karena seakan2 kon tolku sedang menggaruk2 no noknya.

“Pinter banget sih bapak kasih kenikmatan sama Ita”, teriaknya.

Aku mulai lagi mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan keras dan cepat. Dia menggeliat2 keenakan sambil mengerang2. Dia membelitkan kakinya ke pinggangku, supaya aku cuma bisa mengeluar-masukkan kon tolku ke no noknya tanpa bisa mencabutnya.

“It, aku udah mau ngecret”, akhirnya aku melenguh.

Kakinya yang melingkar dipinggangku diturunkan, dia mengangkang selebar2nya karena dia yakin aku akan mengenjotkan kon tolku lebih cepat dan keras lagi. Aku dengan terengah2 terus mengenjot no noknya, sampai akhirnya

“It, aku ngecret”. Terasa pejuku muncrat beberapa kali dalam no noknya dan bersamaan dengan itu diapun nyampe lagi “aakh nikmat banget malem ini, bapak luar biasa sekali sehingga Ita nyampe 3 kali baru bapak ngecret”. no noknya terasa berdenyut2 meremas2 kon tolku.

Keringatku bercampur dengan keringatnya yang membanjir walaupun AC dalam kamar menyala. Setelah denyut jantung kembali normal, kami masuk kamar mandi dan membersihkan diri.

“Kita istirahat saja ya It, besok baru pulang”.
“Iya, Ita lemes banget nih, tapi besok sebelum pulang Ita dien tot lagi ya”.

Ketika aku terbangun kembali, kulihat dia sudah terbangun dan turun dari ranjang ke kamar mandi. Aku melihat arloji, jam 6 lewat. Dia masuk kekamar mandi membersihkan diri.

“It, ngapain bebersih, kan sebentar lagi keringatan lagi”, kataku dari ranjang. Ketika dia keluar dari kamar mandi, aku masih berbaring di ranjang sambil mengelus2 kon tolku.

Dia berbaring disebelahku dan segera mengelus2 kon tolku juga. Aku membiarkan dia mengelus2 kon tolku, diremas2 dan mulai dikocok2. Nggak lama kemudian kon tolku mulai mengeras. Aku mulai mencium bibirnya dengan napsu, toketnya kuremas2 dengan gemas. Perlahan aku mulai menciumi toketnya, pentilnya menjadi sasaran emutannya, dia mendesah2 keenakan.

“Terus dong pak, enak”, erangnya.

Bibirku terus menjelajah kebawah, ke no noknya. paha dikangkangkannya, sehingga belahan no noknya menganga. Aku mulai menjilati no noknya yang sudah basah. Dia tambah melenguh2 ketika it ilnya menjadi sasaran jilatanku yang berikut.

“Enak banget, Ita udah napsu pak. Dien tot dong”, pintanya.

Aku tidak memperdulikan erangannya, malah it ilnya kuemut, sementara tanganku terus meremas2 toketnya dan memlintir2 pentilnya. Rangsangan yang dia terima pagi itu makin besar sehingga akhirnya dia tidak dapat menahan dirinya lagi,

“Ita nyampe aah”. “Cepat banget It, belum dien tot”, jawabku.

Dia terkulai lemas karena sudah nyampe, kon tolku segera diremas2nya lagi.

Aku kembali mencium bibirnyadengan ganas, dia menyambut ciumanku. Lidahku segera melilit lidahnya dan dia menghisap lidahku yang masuk kemulutnya. toketnya terus kuremas2.

“It, isep kon tolku dong”, pintaku, segera saja dia merubah posisi dan mulai menjilati kon tolku yang sudah keras banget ngacengnya.

Kepala kon tolku mulai diemut dan tak lama kemudian kepalanya mulai mengangguk2, mengeluar masukkan kon tolku di mulutnya. Giliranku yang melenguh,

“Enak banget It”. no noknya yang berasa dekat mulutku kembali menjadi sasaran.

Lidahku segera menyerbu masuk dan mulai menjilat it ilnya lagi. Napsunya dengan cepat berkobar kembali. Dia kurebahkan dan aku langsung menindihnya sembari menciumi bibirnya. kon tol ku arahkan hingga berada tepat di depan mulut no noknya, kugosok-gosokkan kon tolku di lipatan no noknya. Sensasinya sangat mengenakkan, dia memelukku erat sekali sambil terus mengerang nikmat. no noknya semakin basah dan perlahan kon tolku yang besar mendesak masuk ke dalam no noknya. Dia mengangkat kedua kakinya hingga selakangannya lebih terbuka lebar sehingga kon tolku dengan leluasa menerobos masuk no noknya. Dia mengeluh,

“Aduh.., enak banget deh”. Saat itu kon tolku telah masuk semua, aku diam sejenak dan kemudian dengan perlahan mulai mengenjotkan kon tolku keluar masuk, semakin lama semakin kencang hingga memasuki no noknya sampe mentok.

Aku terus mengenjotkan kon tolku dengan penuh napsu sambil melumat habis bibirnya dan meremas toketnya yang mengeras. Ciumanku mulai turun ke lehernya, dia mendesah kenikmatan.

“Ita hampir..” dia makin mendesah nggak karuan.

Aku tidak memperdulikan erangannya, kon tol terus kuenjotkan keluar masuk no noknya dengan keras dan cepat. Dia terus mendesah desah, sementara enjotan kon tolku makin cepat saja kedalam no noknya.

“Ita mau lagi..Ahh..”, rintihnya.
“Aku juga It..”, balasku.

Enjotan kupercepat dan akhirnya pejuku muncrat memenuhi no noknya. Bersamaan dengan itu, dia mengejang keenakan. Dia nyampe berbarengan dengan aku. no noknya terasa berdenyut2 meremas2 kon tolku.

“Enak banget It”, erangku.

Aku memeluknya sambil mencium keningnya, kon tolku masih tertanam di no noknya sampai mengecil dengan sendirinya. Aku akhirnya mencabut kon tolku.

Ranjang telah sangat basah oleh cairan kami berdua. Lalu kami berdua kembali tidur sambil berpelukan beberapa lama. Ketika bangun, segera aku mengajaknya membersihkan diri, berpakaian dan mengantarkannya pulang. CERITA SEKS_FOTO BOKEP – PENJAGA COUNTER LOUNDRE